Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah ambruk 14,49% pada pekan lalu, harga batu bara diperkirakan bakal menguat karena embargo Uni Eropa terhadap batu bara Rusia mulai berlaku Rabu pekan ini. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (5/8/2022), harga batu kontrak September di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 346,75 per ton. Ambles 5%.

Pelemahan pada Jumat pekan lalu memperpanjang tren negatif pasir hitam. Sejak 27 Juli atau dalam 12 hari terakhir, harga batu bara terus melemah, kecuali pada Selasa pekan lalu (2/8/2022).

Dalam sepekan, harga batu bara amblas 14,49% secara point to point. Pelemahan tersebut adalah yang terendah sejak pekan pertengahan Maret (14-18 Maret 2022) di mana batu bara amblas 33,64%. Dalam sebulan, harga batu bara juga amblas 11,68% sementara dalam setahun masih melesat 127%.




Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memperkirakan harga batu bara akan sedikit membaik bahkan bisa kembali menembus level US$ 400 per ton. Namun, kenaikannya akan terbatas.

Zuhdi menjelaskan salah satu faktor kenaikan harga batu bara pekan ini adalah mulai berlakunya kebijakan Uni Eropa yang melarang impor batu bara Rusia. Sebagai catatan, pada April Lalu, Uni Eropa telah sepakat untuk melarang impor batu bara dari Rusia mulai 10 Agustus mendatang, atau Rabu pekan ini. Embargo tersebut merupakan bagian dari sanksi Uni Eropa atas serangan Rusia ke Ukraina.

“Ekspektasi embargo to some extend sudah ter-price in ke harga batu bara yang melebihi US$ 400 per ton kemarin. Menurut kami, harga untuk minggu ke depan akan meningkat tapi tidak akan besar. Maksimal di USS$ 400 bawah,” tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.

 

Terkait larangan sanksi, Uni Eropa sudah berkali-kali menegaskan bahwa sanksi tetap berlaku sesuai jadwal dan tanpa pengecualian. Uni Eropa menggantungkan 70% pasokan batu bara thermal mereka kepada Rusia. Pada 2020, mereka mengimpor sekitar 44 juta ton batu bara dari Rusia.

Namun, Zuhdi mengingatkan harga batu bara juga akan mengalami tekanan karena meningkatnya produksi batu bara dari China dan India. Sebaliknya, permintaan cenderung melandai.

“Adanya risiko resesi global di mana demand energi diperkirakan menurun. Oil, gas, dan coal semua menurun minggu kemarin. Produksi minyak dan gas global meningkat sehingga harga easing. Ketika gas easing, coal biasanya akan turun,” ujarnya.

Seperti diketahui, batu bara ambruk pada pekan lalu karena pasokan yang melimpah sementara di sisi lain permintaan mulai melandai. Inventori batu bara di pelabuhan utama Eropa yakni Amsterdam, Rotterdam dan Antwerp ada di kisaran 6,85 juta ton, lebih tinggi 4,27 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Harga batu bara benar-benar amblas. Jatuhnya sangat brutal. Permintaan sudah berkurang di tengah pasokan yang membaik. Permintaan untuk musim dingin mungkin tidak terlalu banyak sehingga harga terus turun,” tutur broker dai London, dikutip dari Montel News.

Pelaku pasar melihat pasokan batu bara dari Afrika Selatan dan Amerika Serikat meningkat. Kondisi ini akan mengimbangi pasokan dari Rusia yang terkena embargo.

Pelaku pasar juga sudah menyesuaikan ekspektasi bahwa penggunaan batu bara mungkin lebih sedikit dibandingkan yang diperkirakan semula karena persediaan gas mencukupi. Eropa tengah mengejar target kapasitas inventori gas mereka menjadi 80% pada awal November.

Kapasitas terpasang saat ini memang baru mencapai 71%. Namun, pasokan dari Freeport LNG yang sempat bermasalah diperkirakan bisa pulih pada Oktober mendatang. Eropa sendiri sudah berkomitmen untuk mengurangi penggunaan gas setelah pemasok utama Gazprom memangkas pasokan.

Sementara itu, permintaan akan batu bara kemungkinan masih melandai. China sebagai konsumen batu bara memang mengimpor pasir hitam dalam jumlah cukup besar pada Juli.

Namun, besarnya impor diperkirakan hanya sementara karena naiknya penggunaan listrik akibat meningkatnya suhu musim panas. Impor mereka diperkirakan akan kembali melandai begitu suhu mulai dingin.

China mengimpor batu bara sebanyak 23,52 juta ton pada Juli, naik 23,9% dibandingkan Juni 2022. Namun, impor tersebut masih 22% lebih rendah dibandingkan Juli 2021. Impor batu bara China pada periode Januari-Juli mencapai 138,52 juta ton, turun 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Breaking News: Harga Batu Bara ‘Terbang’ 8%!

(mae/mae)


Artikel ini bersumber dari news.google.com.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News