customer.co.id – Reksa dana selalu dianggap sebagai jenis investasi yang minim risiko, termasuk reksa dana pendapatan tetap (RDPT).

Bahkan, katanya instrumen yang satu ini memiliki risiko yang lebih rendah daripada reksa dana saham.

Benarkah demikian? Jika benar, apakah RDPT tidak memiliki risiko sama sekali?

Tenang, Glints akan mengulasnya secara lengkap dalam artikel ini.

Jadi, kamu bisa mempertimbangkan plus minus-nya terlebih dahulu sebelum memilihnya.

Apa Itu Reksa Dana Pendapatan Tetap?

© Fevymar.com

Bagi investor pemula, reksa dana kerap jadi pilihan pertama mereka. Modalnya rendah, risikonya minim, dan cara transaksinya pun mudah.

Namun, sebenarnya ada beberapa macam reksa dana yang bisa kamu pilih. Salah satunya yaitu reksa dana pendapatan tetap (RDPT).

Apa yang membedakannya dengan jenis reksa dana lain?

Menurut situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), RDPT adalah jenis reksa dana yang sebagian besar alokasi investasinya (minimal 80%) ditempatkan pada instrumen yang memberikan pendapatan tetap.

Pendapatan tetap yang dimaksud bisa diperoleh dari instrumen-instrumen seperti surat utang atau obligasi.

Dua instrumen tersebut memberikan keuntungan secara rutin, yakni per bulan atau per tiga bulan. Itulah mengapa keduanya disebut memberikan pendapatan tetap.

Agar lebih ada gambaran, berikut Glints jabarkan mekanismenya.

Pertama, kamu menyetorkan dana investasi ke manajer investasi yang terpercaya.

Kedua, manajer investasi akan mengalokasikan atau memutar danamu ke instrumen-instrumen yang memberikan pendapatan tetap (surat utang atau obligasi).

Ketiga, bunga dari instrumen tersebut diinvestasikan kembali oleh manajer investasi, seperti kata CNN Indonesia.

Keempat, kamu mendapat keuntungan dari hasil investasi ulang yang dilakukan manajer investasi.

Lantas, apakah semua investor cocok berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap? Jawabannya adalah belum tentu, tergantung profil risiko atau tipe investor itu sendiri.

Pada dasarnya, jenis investasi yang satu ini cocok untuk kamu yang memiliki profil risiko konservatif (rendah) dan moderat (menengah).

Sebab, risiko dari RDPT memang terbilang cukup rendah dibanding instrumen investasi lainnya.

Selain itu, RDPT juga cocok untuk kamu yang menginginkan keuntungan dalam waktu satu hingga tiga tahun.

Kelebihan RDPT

© Unsplash.com

1. Risiko cukup rendah

Reksa dana pendapatan tetap (RDPT) memiliki risiko yang lebih rendah daripada saham dan reksa dana saham.

Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan nilai RDPT yang tidak fluktuatif (naik-turun).

Pasalnya, imbal hasil reksa dana ini cenderung stabil. Alasannya, mayoritas dana investasi diletakkan pada produk yang memberikan keuntungan secara rutin.

2. Keuntungan lebih tinggi dari deposito

Berbagai jenis investasi kerap dibandingkan dengan deposito, termasuk RDPT.

Faktanya, RDPT memang lebih menguntungkan daripada deposito bank.

Dilansir dari Kompas, pada 2019, RDPT mencatatkan keuntungan 8,73%. Sementara itu, bunga deposito hanya berkisar di angka 6%.

Angka tersebut belum termasuk PPh bunga deposito yang bisa mencapai 20%. Berbeda dengan RDPT yang tidak dikenai pajak.

3. Modal investasi kecil

Banyak investor pemula memilih reksa dana dengan alasan modal yang kecil.

Ya, kamu bisa berinvestasi reksa dana mulai dari Rp100.000. Bahkan, di beberapa e-commerce, kamu bisa investasi reksa dana mulai Rp10.000.

Menarik, bukan?

Kekurangan RDPT

© Freepik.com

1. Bergantung pada suku bunga

Seperti yang telah Glints sampaikan, reksa dana pendapatan tetap lebih banyak dialokasikan ke surat utang dan obligasi.

Dua instrumen tersebut sangat bergantung pada suku bunga yang ditetapkan oleh bank.

Jika suku bunga dan inflasi turun, harga obligasi dan pasar uang naik.

Sebaliknya, jika suku bunga dan inflasi naik, harga obligasi dan pasar uang turun, seperti ditulis CNN Indonesia.

2. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas terjadi ketika sebagian besar investor menarik reksa dananya (redemption) secara bersamaan.

Hal ini membuat manajer investasi kesulitan menyediakan uang tunai untuk redemption tersebut.

Namun, risiko ini terbilang sangat jarang terjadi.

3. Risiko wanprestasi

Apabila berinvestasi RDPT, kamu juga memiliki risiko wanprestasi atau gagal bayar. Risiko ini terjadi ketika penerbit surat utang atau obligasi tidak mampu memenuhi kewajibannya.

Sebagai contoh, manajer investasi mengalokasikan dana ke obligasi perusahaan X. Namun, suatu hari, perusahaan X tidak bisa membayar kupon atau bunga obligasi.

Hal ini akan memengaruhi keuntungan yang seharusnya diterima investor.

Jadi, bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap?

Jika iya, kamu bisa membelinya di berbagai sekuritas, aplikasi investasi online, dan bahkan e-commerce.

Namun, bila masih ragu, kamu bisa cari tahu lebih jauh soal dunia finansial dan investasi dengan bergabung dalam Glints.

Dengan begitu, kamu tidak akan ketinggalan informasi terbaru untuk perkembangan diri dan karier. Selain itu juga ada webinar dan workshop yang menghadirkan pakar untuk berbagi ilmu kepadamu.

Bagaimana cara biar tak ketinggalan? Yuk, sign up saja di sini!

Sumber

    Yuk, Berinvestasi di Reksa Dana!

    Cara Investasi Reksadana, Jenis, dan Cara Memulai

    Deposito Bank Vs Reksadana Pendapatan Tetap, Mana Lebih Untung?

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News