customer.co.id – Harga tembaga bergerak menguat pada perdagangan pagi hari ini. Bagaimanakah prospeknya ke depan?

Pada Rabu (31/8/2022) pukul 09:52 WIB, harga tembaga acuan kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) tercatat US$ 7.892,5/ton. Naik 0,36% dari posisi penutupan sebelumnya.

Namun, kenaikan ini sepertinya technical rebound belaka. Kemarin, harga tembaga anjlok 3,5%.

Harga yang sudah ‘diskon’ itu membuat investor kembali melirik kontrak tembaga dan melakukan aksi borong. So, tidak heran harga naik.

Namun, prospek harga tembaga sepertinya masih suram. Ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga dan perlambatan ekonomi menjadi beban bagi komoditas ini.

“Harga tembaga terpukul oleh kekhawatiran akan hard landing. Akhir pekan ini akan dirilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS). Data itu mungkin akan menentukan arah harga selanjutnya,” kata Giles Coghlan, Analis HYCM, sebagaimana diwartakan Reuters.

Selain kenaikan suku bunga, risiko lain yang membayangi perekonomian dunia adalah penanganan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di China. Otoritas kesehatan menutup pasar elektronik terbesar di dunia yaitu Huaqiangbei yang terletak di Shenzhen. Sebanyak 24 stasiun kereta bawah tanah (subway) juga ditutup sementara.

Negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu masih saja menerapkan kebijakan tanpa toleransi (zero tolerance) terhadap Covid-19. Saat ada kluster penularan, maka jalan keluarnya selalu karantina wilayah alias lockdown.

Ini membuat perekonomian Negeri Panda maju-mundur. Saat ‘keran’ aktivitas masyarakat mulai dibuka, ekonomi mulai bergeliat, beberapa waktu kemudian ‘digembok’ lagi.

Padahal China masih menjadi konsumen tembaga terbesar dunia. Pada 2021, konsumsi tembaga China mencapai 52% dari total konsumsi dunia, mengutip catatan Statista. Saat permintaan di pasar terbesar sangat tidak pasti karena bolak-balik lockdown, maka wajar saja harga tembaga tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News