customer.co.id – arga minyak mentah dunia anjlok pada perdagangan Selasa (30/8/2022) waktu setempat. Pergerakan harga minyak pada perdagangan Selasa dipengaruhi oleh kekhawatiran akan rencana kenaikan suku bunga, dan kerusuhan yang terjadi di Irak.

Mengutip , harga minyak mentah West Texas Intermediate ditutup turun 5,5 persen menjadi 92 dollar AS per barrel. Demikian juga dengan Brent yang ditutup pada level 99,3 dollar AS per barrel atau turun lebih dari 5 persen.

Sentimen risk-off membebani sebagian besar komoditas. Bentrokan di Baghdad memukul produksi minyak Irak, yang dikhawatirkan akan mengganggu pasokan. Sementara itu, pasar minyak mentah juga dibayangi oleh resesi global dapat memperlambat permintaan.

“Harga minyak mentah sempat mengalami kenaikan pada Senin, di tengah berita bahwa Irak akan tetap membuka pelabuhan ekspor mereka meskipun kerusuhan politik besar tetap ada,” kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di B OK Financial.

“Tetapi keseimbangan pasokan-permintaan dan penyimpanan minyak mentah minggu ini mengalami penurunan sekitar 500.000-600.000 barrel, yang jika dilihat merupakan stok terendah dalam tiga bulan,” tambahnya.

Pada 5 September mendatang, rencananya Arab Saudi dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya OPEC+ akan mengadakan pertemuan, dengan agenda mengurangi produksi karena kontrak berjangka tidak mencerminkan fundamental.

Anggota aliansi lainnya mengisyaratkan dukungan mereka. Secara terpisah, Goldman Sachs Group Inc. merekomendasikan investor untuk mulai membeli komoditas sekarang, karena kekhawatiran akan resesi.

Ketiga indeks saham utama AS turun lebih dari empat persen pada pekan lalu,

Direktur jenderal perusahaan pemasaran minyak nasional Irak SOMO Alaa Al-Yassiri mengatakan, Irak memiliki kapasitas untuk meningkatkan ekspor ke semua tujuan dan tidak akan menolak permintaan minyak lebih banyak.

Pedagang juga mencermati potensi peningkatan pasokan dari Iran karena negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir terus berlanjut. Namun, AS dan negara Teluk Persia tetap berselisih mengenai rincian penting dari kesepakatan, dan perlu beberapa minggu untuk menyelesaikan perbedaan mereka.

“Tampaknya OPEC+ tidak tertarik dengan harga minyak yang turun jauh di bawah 100 dollar AS per barrel. Sementara jika terjadi kesepakatan nuklir, atau resesi global, bisa membuat harga tetap tinggi untuk saat ini,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News