customer.co.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, kebijakan moneter yang terjadi di Amerika Serikat (AS) membuat keluarnya dana asing ( capital outflow ) dari negara-negara emerging market, tak terkecuali Indonesia.

Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) telah menerapkan kebijakan moneter yang hawkish dengan agresif menaikkan suku bunga dan mengetatkan likuiditas seiring melonjaknya laju inflasi di negara itu. Hal ini memicu beralihnya aliran modal ke AS.

“Kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas di negara-negara maju direspons market dalam bentuk volatilitas, capital outflow terjadi diberbagai negara emerging market, dan ini menekan serta melemahkan nilai tukar terhadap dollar AS,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (30/8/2022).

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Indonesia telah kehilangan dana asing dari pasar obligasi sebesar Rp 120,79 triliun sejak awal tahun hingga 25 Agustus 2022 (year to date/ytd). Tren outflow gencar terjadi sejak pertemuan para petinggi The Fed dalam FOMC Meeting pada Mei 2022.

Secara global, capital outflow yang terjadi di negara-negara emerging market mencapai 50 miliar dollar AS di enam bulan pertama 2022. Angka ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan keluarnya dana asing dari emerging market pada awal pandemi Covid-19 yang mencapai lebih dari 100 miliar dollar AS.

Kendati terjadi capital outflow yang cukup besar, Sri Mulyani menilai Indonesia tak perlu khawatir. Lantaran, portofolio di pasar obligasi tanah air masih didominasi oleh investor domestik ketimbang investor asing, terutama pada kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN).

Dana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur belum cair.

Pada 2019 kepemilikan asing terhadap SBN sebesar 38,57 persen, semakin berkurang di tahun ini menjadi hanya 15,51 persen per 25 Agustus 2022. Di sisi lain, kondisi RI juga didukung dengan fundamental perekonomian cukup kuat di tahun ini.

“Indonesia selama 4 tahun terakhir sudah mampu menurunkan kepemilikan asing dari SBN pemerintah, maka capital outflow yang sebetulnya sangat signifikan hanya sedikit mempengaruhi SBN yield kita, ini tentu juga karena pemerintah dan BI sama-sama menjaga stabilitas SBN,” tutupnya.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News