customer.co.id – Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) kerap mengaku sulit mendapatkan pembiayaan atau pendanaan dari berbagai lembaga keuangan padahal ini salah satu cara untuk memperluas bisnisnya.

Hal ini pun diamini oleh CEO & Co-Founder lokal brand Zaskia Mecca Haykal Kamil. Dia mengatakan, meskipun usahanya saat ini terbilang besar, dia memiliki cerita pahit ketika mengakses permodalan.

Dia bilang, bila sejauh ini pemangku kepentingan seperti pemerintah sangat mendorong dan menggaungkan UMKM untuk ke pasar global, namun fakta di lapangan UMKM masih sulit mengakses permodalan.

“Tentu punya cerita pahit tentang permodalan, pelaku UMKM dituntut untuk bisa berakselerasi dengan cepat. Jargonnya sudah bagus banget dari pemangku kepentingan yaitu UMKM Go Global , tapi di lapangan, ketika UMKM ingin maju salah satu kendalanya yaitu mengakses permodalan,” ujarnya dalam bincang 20 Lazada dengan tema Menilik Peluang Transformasi Digital Sektor UMKM untuk Akselerasi Perekonomian Nasional yang diselenggarkan Kompas di Jakarta, Selasa (27/9/2022).

Lebih lanjut Haykal menuturkan, ketika UMKM ingin mengakses permodalan ke perbankan, sulit untuk diberikan lantaran tidak memiliki persyaratan yang diwajibkan.

“Saat mengajukan, eh diminta adalah aset-asetnya, kita diminta fisik bangunan, tapi kita enggak punya. Jadi ini menurut saya ada gap yang besar antara keinginan sama yang terjadi di pasar,” jelas dia.

Haikal mengakui, memang saat ini, banyak lembaga keuangan yang hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut. Namun sayangnya biaya angunannya untuk membayar pembiayaan tersebut lah yang menjadi tugas baru bagi UMKM.

“Kayak fintech kan banyak tapi terminnya 3 bulan, secara rate pembayarannya juga tinggi. Jadi sekarang UMKM lebih memilih mencari jalan sendiri karena kita punya akses ke keluarga, ke teman- teman untuk modal karena kita harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari,” ungkap Haikal.

Sementara itu, Asisten Deputi Pembiayaan dan Investasi UKM Kementerian Koperasi dan UKM Temmy Satya Permana mengatakan, pemerintah sebenarnya memiliki berbagai program untuk pembiayaan bagi UMKM.

Dijelaskan dia, salah satunya adalah program Kredit Usaha Rakyat alias KUR. Lewat KUR, UMKM tidak perlu biaya angunan meskipun meminjam hingga Rp 100 juta. Hanya saja KUR ini bersifat tradisonal yang harus melihat record keuangan bisnis UMKM tersebut untuk dinilai.

“Dilihat record keuangannya atau SLIK-nya, bagus atau tidak. Jadi memang perbankan punya ketetapan akan itu,” ungkapnya.

Sementara mengapa Fintech memiliki rate yang tinggi dalam hal pembayaran, dijelaskan dia adalah karena pemain fintech memiliki ekosistem sendiri.

“Mereka memiliki sistem dengan teknologi untuk membaca dengan melacak behavior mereka, misalnya berapa penggunaan kuota pribadi hingga pengeluaran transaksi. Dilihat dari situ,” jelas Satya Permana.

“Terus kalau ditanya kenapa besar yah karena mereka menyarankan ke pelaku usaha produktif. Rata-rata UMKM produktif itu, bisa menghasilkan margin 20 persen,” ungkapnya.

Lalu ada juga security crowdfunding yang bisa menjadi opsi pilihan UMKM ketika ingin mendapatkan pembiayan lantaran syaratnya tidak begitu sulit hingga sistem pembayarannya adalah bagi hasil.

“Ini seperti mini IPO saya bilang kenapa? Karena UMKM bisa menerbitkan saham di platform itu dibeli inevstor, jadi kebutuhan pembiayaan UMKMnya akan dikonversi menjadi saham dan akan dievaluasi asetnya berapa dan akan diterbitkan saham. Jadi tidak perlu berutang dan tugasnya hanya satu yaitu jangan bangkrut karena bagi hasil,” jelasnya.

“Diharapkan ini bisa jadi embrio-embrio untuk UMKM bisa masuk pasar modal,” sambung Satya Permana.

Hal ini juga diamini oleh Executive Director Lazada Indonesia Ferry Kusnowo. Dia mengatakan, perusahaanya sebagai pemain e-commerce juga turut untuk mendukung UMKM Go Digital dengan memberikan bantuan baik dari sisi pembiayaan hingga meningkatkan skala penjualan.

Untuk pembiayaan, dia menuturkan, Lazada menggandeng beberapa Fintech yang sudah terverifikasi oleh OJK agar bisa dimanfaatkan UMKM dalam mengakses pembiayaan.

Sementara untuk meningkatkan skala penjualan, Lazada memiliki berbagai program diantaranya Lazada University, Sellers Community – Lazada Club, Seller Conference, dan Lazada Seller Center dengan Fitur Analisa Bisnis yang berfokus untuk mengembangkan para penjual.

“Kalau untuk Lazada University itu adalah program pusat edukasi penjual dengan materi pembelajaran yang selalu tersedia di platform yang bisa diakses kapan pun melalui Seller Center. Tak hanya secara daring, Lazada University hadir lewat pelatihan luring dengan topik yang disesuaikan dengan kebutuhan penjual di masing-masing kota. Jadi banyak program lain juga yang kita berikan ke UMKM kita,” jelas dia.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website kompas.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News