customer.co.id – Bolehkah kamu sebagai bawahan memberikan pendapat kepada atasan? Tentu saja boleh. Dalam dunia kerja, ini disebut metode bottom-up communication.

Dilansir dari SMARP, 81% karyawan mengatakan bahwa mereka lebih suka memilih perusahaan yang mendorong komunikasi terbuka daripada perusahaan yang memiliki fasilitas bagus seperti jaminan kesehatan, makanan siang, dan keanggotaan gym.

Artinya, selain metode top-down communication, metode komunikasi ini juga diperlukan untuk mendorong budaya kerja yang lebih terbuka.

Bagaimana cara melakukannya? Yuk, cari tahu selengkapnya dalam artikel berikut.

Sekilas Bottom-Up Communication

Smartsheet menyebut bottom-up communication berkisar pada penyertaan semua karyawan, ide-ide mereka, dan persepsi mereka tentang bisnis untuk membuat keputusan yang paling tepat.

Bottom-up communication memanfaatkan semua persepsi karyawannya tentang bisnis dan ide untuk perusahaan.

Proses ini memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi sasarannya yang paling bertarget dan paling sesuai.

Metode komunikasi terkadang disebut sebagai model benih, karena ide-ide kecil dari setiap karyawan tumbuh menjadi tujuan organik yang kompleks yang mengarah pada kesuksesan akhirnya.

Artinya, ada penggabungan karyawan dan masing-masing peran mereka menjadi fokus yang lebih luas yang berhubungan dengan seluruh perusahaan.

Bottom-up communication juga berarti bahwa karyawan garis depan memiliki cara untuk berkomunikasi dengan pimpinan di atasnya, dari manajer langsung mereka hingga C-suite.

Dan ini lebih dari sekadar undangan: Ada saluran yang mengarahkan informasi dari anak tangga paling bawah ke atas.

Dengan begitu, faktor pengalaman karyawan dalam setiap keputusan yang dibuat oleh kepemimpinan.

Kelebihan dan Kekurangan Bottom-Up Communication

© Freepik.com

1. Kelebihan

a. Meningkatkan komunikasi di seluruh perusahaan

Ketika setiap karyawan secara aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan menggunakan bottom-up communication, komunikasi secara keseluruhan di antara anggota organisasi akan meningkat secara signifikan.

b. Membangun semangat

Semua anggota komunitas bisnis akan merasa dilibatkan dan dihargai, yang menumbuhkan lingkungan yang mendukung dan komunikatif di mana karyawan dapat berkembang dan tumbuh bersama.

c. Membagikan solusi

Inti kekuatan otak yang luas masuk ke dalam masalah perusahaan saat masalah itu muncul, yang akan menghasilkan pemecahan masalah yang lebih cepat dan solusi yang lebih efisien.

d. Meningkatkan kolaborasi

Karyawan dari semua tingkatan diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah, saling bertukar ide, dan membangun kepercayaan lintas departemen.

2. Kekurangan

a. Menghambat karyawan

Bottom-up communication artinya semua karyawan berpartisipasi dalam keputusan yang lebih besar yang biasanya disimpan untuk manajemen atas.

Sehingga, mereka dapat terhalang oleh tanggung jawab semata.

Karyawan dapat diambil alih dari tugas mereka sendiri dan ditarik ke dalam proyek yang lebih besar, menyebabkan mereka kehilangan waktu yang berharga.

b. Waktu yang tidak efisien dalam membuat rencana dan mencapai tujuan

Ketika banyak orang dengan beragam ide berkontribusi pada proses pengambilan keputusan perusahaan, konflik dan ketidaksepakatan dapat muncul.

Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam membuat rencana dan mencapai tujuan.

c. Refleksi Data yang Tidak Akurat

Berbagai orang yang mengerjakan proyek yang sama secara bersamaan dapat menyebabkan hasil yang tidak tepat dan keputusan yang tidak akurat dalam jangka panjang.

Tips Menerapkan Bottom-Up Communication

© Freepik.com

Ada berbagai cara untuk menerapkan bottom-up communication di tempat kerja. Berikut beberapa tipsnya.

1. Usahakan untuk selalu melakukan komunikasi tatap muka

Penelitian menunjukkan bahwa kurang dari 10 persen makna pesan dibawa melalui kata-kata yang sebenarnya.

Jika kamu hanya melakukan komunikasi tertulis tanpa komunikasi tatap muka, orang akan melewatkan pesannya.

Jika kamu bekerja secara remote, manfaatkanlah teknologi. Melihat wajah satu sama lain membuat perbedaan yang cukup signifikan.

2. Lakukan komunikasi dengan jelas dan sederhana

Ketika melakukan bottom-up communication, pastikan komunikasi kamu langsung ke intinya dan sederhana.

Kurangnya kejelasan hanya akan diperbesar saat pesan diteruskan melalui lapisan organisasi.

3. Pastikan pendengar memahami poin-poin percakapan

Jika kamu mengharapkan orang-orang untuk menyebarkan pesan ke seluruh perusahaan, pastikan mereka mengetahui poin-poin penting yang dibicarakan serta poin-poin yang tidak boleh dikatakan.

Ini penting karena orang akan sering mulai memperluas poin yang kurang penting dan melewatkan poin-poin kuncinya.

Pastikan untuk menekankan apa yang paling penting agar tidak terlewatkan.

Ada berbagai cara untuk menerapkan bottom-up communication di tempat kerja. Metode komunikasi ini bisa kamu gunakan untuk menyampaikan aspirasimu di kantor.

Menurutmu, bagaimana cara yang tepat menerapkan metode ini dengan efektif di kantor? Yuk, diskusikan pendapatmu di panel office life Glints Komunitas!

Glints Komunitas merupakan forum tanya jawab tempat kamu bisa berbagi dan berdiskusi seputar dunia kerja dengan para profesional ataupun pengguna Glints lainnya.

Apakah kamu tertarik? Yuk, daftar di sini sekarang dan mulai berdiskusi di Glints Komunitas!

Sumber

    Manager Communication: The Power of Bottom-up Feedback

    Which Management Style Is Right for You: Top-Down or Bottom-Up Approach?

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News