customer.co.id – Mata uang antipodean, dolar Australia dan Selandia Baru, menguat pada awal perdagangan di Asia pada Senin pagi menjelang kenaikan suku bunga yang diperkirakan dari masing-masing bank sentral mereka pekan ini, sementara dolar tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.

Aussie terangkat 0,19 persen menjadi 0,64230 dolar AS, jauh dari level terendah 2,5 tahun di 0,63635 dolar AS yang dicapai minggu lalu, sementara kiwi terdongkrak 0,44 persen menjadi 0,56280 dolar AS, juga menjauh dari terendah minggu lalu di 0,55645 dolar AS.

Bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA) dan bank sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand (RBN) masing-masing bertemu pada Selasa (4/10/20222) dan Rabu (5/10/2022), dengan pasar memperkirakan keduanya akan menaikkan suku bunga mereka sebesar 50 basis poin, meskipun fokus juga akan tertuju pada nada pembuat kebijakan.

“RBA bisa sangat berpengaruh jika mereka memberikan pendekatan yang lebih bernuansa dan sinyal bahwa mereka mungkin turun ke 25 basis poin dalam pertemuan November. Itu mungkin diambil, secara global, cukup baik,” kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone, dikutip dari Reuters.

Sterling turun 0,19 persen menjadi diperdagangkan di 1,1144 dolar, tetapi tetap berada di luar rekor terendahnya di 1,0327 dolar.

Pound rebound kuat pada akhir pekan lalu ketika bank sentral Inggris (BoE) mengatakan akan membeli sebanyak mungkin surat utang pemerintah yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban setelah rencana pemotongan pajak Perdana Menteri Liz Truss yang baru memicu kekacauan di pasar keuangan.

Tetapi Truss mengulangi pada Minggu (2/10/2022) bahwa pemerintah tetap berpegang pada kebijakan itu bahkan ketika dia mengatakan keputusan itu diambil oleh menteri keuangan Kwasi Kwarteng dan bahwa kabinet para menteri utamanya tidak diberitahu sebelumnya.

Euro naik 0,11 persen menjadi diperdagangkan di 0,98105 dolar, didukung oleh ekspektasi untuk kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) jumbo lainnya akhir bulan ini menyusul angka inflasi yang panas.

Data pada Jumat (30/9/2022) menunjukkan bahwa inflasi zona euro melampaui perkiraan mencapai rekor tertinggi baru 10,0 persen pada September, mengalahkan ekspektasi untuk pembacaan 9,7 persen.

“ECB masih harus bekerja keras … bagi saya, Eropa dan Inggris, ini bukan tentang dinamika suku bunga relatif, dan lebih banyak tentang dinamika pertumbuhan,” kata Weston.

“Saya pikir apa yang mulai kita coba dan lakukan sekarang adalah melihat pasar di mana kita dapat menilai inflasi atau mulai merasa sedikit lebih percaya diri tentang lintasan di sekitar inflasi, saya pikir AS termasuk dalam kategori itu.”

Data penggajiang non-pertanian (NFP) AS akan dirilis pada akhir pekan, sementara membanjirnya data indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur yang keluar pada Senin juga akan memberikan wawasan tentang prospek ekonomi global.

Indeks dolar AS turun 0,12 persen menjadi diperdagangkan di 122,10, sementara yen menguat di 144,79. Dolar/yen telah bertahan stabil di bawah level 145 setelah intervensi oleh Jepang untuk menopang mata uangnya yang rapuh.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website antaranews.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News