customer.co.id – Pada bulan September 2020, Badan Pusat Statistik mencatat adanya deflasi sebesar 0,05%. Deflasi adalah kondisi ekonomi yang perlu kita waspadai.

Saat deflasi terjadi, harga barang dalam negeri menurun selama periode tertentu.

Ternyata, meski terdengar seperti hal yang baik, sebenarnya deflasi bukanlah hal yang dinilai positif dari kacamata ekonomi, lho.

Yuk, baca artikel ini untuk mempelajarinya lebih lanjut!

Apa Itu Deflasi?

© Freepik.com

Investopedia menyatakan bahwa definisi dari deflasi adalah penurunan harga-harga barang secara umum.

Akibat penurunan harga ini, tentu daya beli menjadi meningkat.

Kebalikan dari inflasi, uangmu justru akan semakin bernilai ketika inflasi terjadi.

Misalnya, jika saat ini kamu bisa membeli 10 barang dengan uang 100 ribu rupiah.

Pada saat deflasi, mungkin uang itu akan mampu membeli 15 barang atau bahkan lebih.

Meskipun tentunya menyenangkan jika bisa membeli lebih banyak barang dengan jumlah uang yang sama, deflasi tidak bisa dibiarkan.

Menurut Forbes, sebuah negara yang mengalami deflasi justru berarti berada semakin dekat dengan resesi dan kesulitan ekonomi.

Pasalnya, deflasi menyebabkan aktivitas jual-beli semakin lambat.

Pada akhirnya, produsen akan mendapat keuntungan lebih rendah.

Jika itu terjadi, tingkat pengangguran bisa meningkat.

Paling tidak, gaji bagi karyawan yang bisa mempertahankan pekerjaannya akan menurun akibat kondisi ini.

Selain itu, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan pun semakin kecil.

Penyebab Deflasi

© Freepik.com

Keuangan negara diatur oleh bank sentral.

Nah, salah satu hal yang bisa menjadi penyebab deflasi adalah kebijakan moneter yang dibuat bank sentral.

Di Indonesia, bank sentral yang bertanggung jawab atas hal ini adalah Bank Indonesia.

Jika Bank Indonesia meningkatkan suku bunga terlalu tinggi, orang-orang pasti akan mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan uangnya.

Masyarakat akan lebih memilih untuk menabung dibanding melakukan pengeluaran, termasuk juga peminjaman kredit ke bank.

Nah, hal ini yang membuat permintaan barang dan jasa menurun dan berujung pada deflasi.

Selain itu, ketidakpastian akibat kondisi ekonomi maupun fenomena lainnya misalnya pandemi global pun bisa menjadi alasan mengapa deflasi terjadi.

Saat keadaan kacau, tentu orang akan lebih berhemat dan mengurangi pembelian.

Tak hanya itu, penurunan harga yang menyebabkan deflasi juga bisa terjadi akibat perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi dapat mendorong produktivitas di sektor industri yang menyebabkan produksinya semakin efisien.

Dengan begitu, biaya produksinya semakin murah dan harga produk akhir pun menurun.

Perbedaan Deflasi dan Disinflasi

© Freepik.com

Akibat mirip, deflasi dan disinflasi sering tertukar atau dianggap sama. Padahal, arti dua istilah ini berbeda.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Pada kondisi ini, harga barang secara umum menurun.

Sementara, disinflasi adalah penurunan laju inflasi.

Misalnya, tahun lalu laju inflasinya 3% per tahun, sementara tahun ini 2%.

Ini berarti telah terjadi disinflasi.

Disinflasi tetap bisa terjadi meski tingkat inflasinya positif.

Cara Menghadapi Deflasi

© Freepik.com

1. Lunasi semua utang

Saat deflasi terjadi, hal yang perlu segera kamu lakukan adalah melunasi utang-utang yang dimiliki.

Pasalnya, suku bunga akan jadi sangat tinggi saat deflasi.

Dengan begitu, kredit pun semakin mahal.

Padahal, jumlah uang yang harus kamu lunasi tidak berkurang seiring dengan turunnya harga-harga secara umum.

Tentunya, ini akan memberatkan kondisi ekonomimu.

2. Buat dana darurat

Idealnya, dana darurat yang perlu disiapkan untuk menghadapi deflasi adalah sejumlah pengeluaran kita selama 6 hingga 7 bulan.

Dana darurat penting untuk memastikan kita tidak kesulitan ekonomi ketika mungkin di-PHK dari pekerjaan atau perusahaan mengalami kebangkrutan.

Bahkan, pada saat deflasi, beberapa pakar menyarankan kita harus menyiapkan dana darurat hingga sebesar 9 bulan hidup dan bekerja.

Sebaiknya, dana darurat sudah dipersiapkan dari kondisi ekonomi normal.

Jadi, jika sewaktu-waktu terjadi deflasi maupun inflasi, kamu akan lebih siap menghadapinya.

3. Tahan godaan berbelanja

Saat deflasi, harga-harga menjadi murah.

Wajar saja jika kita merasa tergoda untuk berbelanja.

Akan tetapi, membeli barang saat deflasi tanpa kepastian kapan harga-akan naik adalah langkah yang buruk, terlebih lagi jika membeli elektronik atau barang-barang yang nilainya akan menurun.

Apa pun yang dibeli saat deflasi haruslah yang penting saja, meskipun memang harga barang secara umum menjadi semakin murah.

Uangmu perlu disimpan untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu.

4. Cari pendapatan tambahan

Mengumpulkan uang adalah hal yang penting saat deflasi.

Oleh karena itu, mencari pekerjaan ekstra agar ada tambahan uang merupakan ide yang baik.

Selain itu, hal ini juga bisa menjadi langkah antisipasi jika kamu dipecat dari pekerjaan utama.

5. Investasi pada aset yang tepat

Saat deflasi, investasi di bidang properti kurang menguntungkan.

Apalagi, jika kamu harus kredit dan meyicil setiap bulannya.

Pakar ekonomi setuju bahwa investasi di aset yang lebih likuid dengan risiko rendah adalah yang terbaik untuk periode deflasi.

Investasi ini pun sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang.

Jika kamu telah memiliki saham, kemungkinan besar harganya akan anjlok.

Namun, hampir bisa dipastikan kondisi ekonomi cenderung akan membaik di tahun-tahun yang akan datang.

Intinya, pada saat deflasi, kamu harus pandai mencari peluang investasi yang minim risiko dan menguntungkan.

Demikianlah yang bisa Glints jelaskan soal deflasi.

Menurutmu, apakah kamu siap jika harus menghadapi deflasi?

Agar kondisi finansialmu selalu siap untuk kondisi apa pun, yuk, cek kelas-kelas di Glints ExpertClass.

Glints ExpertClass menyediakan banyak kelas bertema finansial untuk kamu yang ingin bisa mengelola keuangan dengan baik.

Temukan kelas yang kamu inginkan dan langsung daftar agar tak kehabisan tiket, ya!

Sumber

    Deflation

    What Is Deflation?

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News