customer.co.id – Menurut teori kepemimpinan situasional, pemimpin yang paling efektif adalah sosok yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan segala kondisi dan situasi.

Apakah atasanmu seperti itu? Mungkin saja dia adalah seseorang dengan gaya kepemimpinan situasional.

Atau kamu masih menerka-nerka, pemimpin macam apa sebenarnya atasanmu?

Pelajari lebih lanjut seputar kepemimpinan situasional di bawah ini!

Apa Itu Kepemimpinan Situasional?

© Freepik.com

Kepemimpinan situasional adalah teori kepemimpinan yang pertama kali dibuat oleh Kenneth Blanchard dan Paul Hersey.

Model kepemimpinan buatan Blanchard-Hersey ini mengacu pada keterampilan seseorang untuk menilai kemudian memilih strategi kepemimpinan apa yang menurutnya terbaik diterapkan dalam setiap keadaan atau tugas berbeda.

Ya, seperti kata VeryWellMind, pemimpin harus dapat beralih dari satu gaya kepemimpinan ke gaya lainnya untuk memenuhi perubahan kebutuhan organisasi dan karyawannya.

Teori kepemimpinan situasional menunjukkan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang terbaik.

Blanchard dan Hersey menganggap, leadership seringnya jadi tidak efektif jika pendekatan yang sama diterapkan dalam semua situasi.

Pemimpin situasional harus dapat mengevaluasi tim atau organisasi mereka dengan mengamati dan bertanya atau berdiskusi tentang situasi organisasi saat ini.

Sebagai contoh, sosok dengan kepemimpinan otoriter mungkin dibutuhkan ketika perusahaan sedang melewati krisis karena tidak mencapai target atau mengalami perubahan struktur besar-besaran.

Namun ketika kondisi sudah membaik dan stabil, pemimpin tersebut seharusnya bisa mengubah cara manajemennya.

Menjadi kepemimpinan demokratis, misalnya, apabila memang dinilai cocok untuk diterapkan selanjutnya.

Gaya kepemimpinan ini juga sering disebut kepemimpinan adaptif.

Ciri-Ciri Kepemimpinan Situasional

Bagaimana cara seseorang memimpin akan banyak tergantung pada situasi yang dihadapi saat itu, serta faktor-faktor lain yang berkontribusi untuk menuntaskan pekerjaan (seperti sifat kelompok atau tipe tugasnya).

Jadi, yang berubah adalah gaya manajemen si pemimpin dengan mengikuti keadaan. Bukannya pengikut yang diharuskan beradaptasi dengan gaya pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard, ada empat gaya dasar yang terkait dengan teori kepemimpinan situasional. Melansir Cleverism, keempatnya adalah:

    Mengarahkan/telling (S1): Pemimpin memberi tahu bawahan apa yang harus dilakukan, kemudian menjelaskan bagaimana cara melakukannya. Tahap ini mirip dengan gaya kepemimpinan otokratis.

    Menjual/selling (S2): Pemimpin bertujuan ‘menjual’ ide dan pesan kepada bawahan untuk membuat mereka paham dan ikut serta dalam proses dan tugas. Tahap ini melibatkan supervisi serta diskusi proaktif antara pemimpin dan bawahan.

    Berpartisipasi/participating (S3): Tahap ini menggunakan pendekatan demokratis yang memungkinkan pemimpin memberi lebih banyak kelonggaran bagi bawahannya. Pemimpin masih mengarahkan di beberapa area. Akan tetapi, bawahan berperan aktif untuk membuat keputusan dan menentukan cara menyelesaikan tugas.

    Mendelegasikan/delegating (S4): Ini adalah tahap terakhir di mana pemimpin sepenuhnya “lepas tangan” terhadap cara kerja bawahan. Dalam artian, pemimpin sudah tidak lagi terlibat dalam proses pembuatan keputusan karyawan.

Namun agar teori kepemimpinan situasional berjalan efektif, Blanchard dan Hersey menyarankan pemimpin lebih dulu mengidentifikasi tingkat kesiapan anggota tim terhadap peran serta tugasnya dalam organisasi.

Tingkat kesiapan dan pemahaman karyawan dalam teori ini disebut sebagai readiness level.

Penilaian readiness level digunakan untuk memahami sejauh mana tingkat pengetahuan dan kompetensi orang yang harus dikelola pemimpin.

Teori Hersey dan Blanchard mengidentifikasi readiness level dalam empat kategori, yaitu:

    R1: Anggota kelompok tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemauan untuk menyelesaikan tugas.

    R2: Orang tersebut sebetulnya bersedia dan antusias menyelesaikan tugas, tapi tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan untuk melakukannya.

    R3: Anggota kelompok memiliki keterampilan dan kemampuan untuk mengerjakan tugas, tetapi tidak mau bertanggung jawab atau menyelesaikannya.

    R4: Anggota sangat terampil, berpengetahuan mumpuni, bersedia, dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas.

Kemudian berdasarkan pemahaman yang diperolehnya mengenai setiap anggota, barulah pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan mana yang diperlukan untuk membimbing tim mencapai tujuan secara efisien.

Skenario Penerapan Kepemimpinan Situasional

© Freepik.com

Secara umum, Blanchard dan Hersey berpendapat seseorang dengan kepemimpinan situasional idealnya tidak hanya mempertimbangkan jenis tugas yang dihadapi.

Kesiapan dan kematangan setiap anggota tim juga harus diperhitungkan.

Berikut ini adalah skenario bagaimana seorang pemimpin mencocokkan gaya kepemimpinannya dengan tingkat kesiapan anggota timnya:

1. Karyawan R1, pemimpin S1

Gaya kepemimpinan dalam skenario ini adalah top-down karena R1 dikaitkan dengan keterampilan serta komitmen yang rendah.

Dengan mengarahkan dan memberi tahu sejelas mungkin apa yang harus dilakukan, pemimpin dapat mengendalikan hasilnya. Bawahan juga lebih mudah menyelesaikan tugasnya.

2. Karyawan R2, pemimpin S2

Bawahan menunjukkan kemauan untuk mengerjakan tugas, tapi tidak memiliki cukup keterampilan. Maka, pemimpin di sini lebih berperan sebagai supervisor atau pembina (coach).

Pemimpin dapat membantu bawahan untuk mendapatkan pengalaman dan kepercayaan diri.

3. Karyawan R3, pemimpin S3

Pada skenario ini, bawahan sudah memiliki keahlian dan keterampilan yang mumpuni tapi komitmennya relatif rendah.

Oleh karena itu, peran pemimpin di sini bukanlah untuk memberi tahu apa yang harus mereka lakukan.

Pemimpin ada untuk memotivasi dan mendukung untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Pemimpin juga berperan untuk memberikan bantuan dan feedback tentang kinerja karyawan, tapi hanya ketika itu benar-benar diperlukan.

4. Karyawan S4, pemimpin S4

Bawahan sudah memiliki keterampilan tinggi yang didukung dengan komitmen tinggi untuk menyelesaikan tugas.

Oleh karena itu, peran pemimpin di sini adalah sebagai pengawas yang memantau segala sesuatunya sudah berjalan sesuai rencana.

Masih bingung skema seperti apa yang harus diterapkan dalam kepemimpinan situasional? Kamu bisa mencari solusi di Glints Komunitas.

Dalam forum tanya jawab tersebut, kamu bisa berdiskusi dengan ahli atau pakar yang sudah bertahun-tahun menjadi pemimpin.

Yuk, mulai berdiskusi di kanal Office Life, sekarang!

Plus Minus Kepemimpinan Situasional

Lewat kepemimpinan situasional, lingkungan kerja dapat menjadi lebih nyaman dan efektif karena budaya serta cara manajemen dibentuk oleh pemimpin mengikuti kesiapan dan kebutuhan tim.

Ini dapat memengaruhi kinerja grup secara keseluruhan. Pasalnya, pemimpin menggunakan gaya yang memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja dan keefektivitasan mereka.

Selain itu, ada banyak keuntungan lain dari teori kepemimpinan situasional yang perlu kamu ketahui, yaitu:

    menyelaraskan tone kinerja yang umum.

    menonjolkan pengaruh multi-arah.

    memanfaatkan penugasan yang spesifik sebagai ukuran kinerja ketimbang menyeragamkan penugasan untuk banyak individu yang berbeda.

    memungkinkan pemimpin mendorong perubahan perilaku secara efektif.

    mempercepat laju dan kualitas pengembangan karyawan

    mengajarkan para pemimpin untuk menafsirkan dan menanggapi lingkungan mereka secara akurat dan efektif.

Meski punya banyak kelebihan, kepemimpinan situasional juga telah dikritik karena memiliki kekurangan:

    menciptakan kebingungan dalam kelompok ketika pemimpin harus mengubah pendekatannya untuk satu anggota tim, bawahan dapat mempertanyakan maksud dari pendekatan tersebut.

    anggota tim membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang tiba-tiba.

    dapat mengganggu semangat tim dan hubungan dengan pemimpin.

    berpotensi jadi tindakan manipulatif dan koersif jika tidak dilakukan dengan cermat dan hati-hati oleh pemimpin.

Tips Menerapkan Kepemimpinan Situasional

© Freepik.com

Setiap gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Begitu pula dengan kepemimpinan situasional.

Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu coba untuk memanfaatkan gaya kepemimpinan situasional di kantor:

1. Komunikasi harus selalu terbuka

Teori kepemimpinan situasional memahami bahwa kebutuhan organisasi berbeda dan setiap orang juga tidak seragam dalam hal kompetensi dan komitmen.

Maka sebagai pemimpin, kamu harus memahami cara yang benar untuk membimbing dan memotivasi bawahan kamu.

Dengan komunikasi yang jelas dan terbuka, pemimpin tidak akan memunculkan keambiguan atau keraguan di antara anggota timnya.

Ketika jalur komunikasi terbuka, karyawan juga dapat bekerja sesuai ekspektasi dan tidak mudah kehilangan semangat.

2. Bersikap adil

Setiap orang memiliki tingkat kesiapan dan kompetensi yang berbeda-beda.

Maka itu, pemimpin perlu memastikan bahwa mereka memperlakukan semua orang dengan adil, sesuai kapasitas masing-masing.

Namun di sisi lain, pemimpin juga harus memberlakukan kebijakan yang sama terlepas dari siapa karyawannya.

Konsistensi menghasilkan kepercayaan dan membantu pemimpin mendapatkan rasa hormat dari orang-orang sekitarnya.

3. Siap berkomitmen

Dalam gaya kepemimpinan situasional, pemimpin akan dihadapkan dengan begitu banyak variabel situasi dan kemungkinan yang sulit diprediksi.

Sebagai pemimpin, kamu tidak hanya harus bisa memilih gaya kepemimpinan mana yang cocok dan paling benar untuk saat itu.

Namun, kamu juga harus menjalaninya dengan keyakinan.

Anggota tim kamu akan sangat tergantung pada mandat yang jelas dan tidak ambigu untuk bisa menyelesaikan tugas mereka secara efektif.

Itulah semua hal yang harus kamu tahu tentang kepemimpinan situasional.

Jadi kamu sendiri sudah tahu ingin menjadi atasan dengan gaya kepemimpinan seperti apa?

Sumber

    Situational Leadership® Guide: Definition, Qualities, Pros & Cons, Examples

    The Situational Theory of Leadership

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News