customer.co.id – Mau atau tidak mau, konflik internal pasti akan terjadi di sebuah perusahaan. Lantas, sebagai seorang pemimpin, bagaimana cara yang bijak untuk menyelesaikan konflik internal dalam sebuah perusahaan?
Simak rubrik berikut ini yang akan memberikan tips dan saran dalam manajemen konflik. Selamat membaca!
Rubrik Finansialku
Konflik Internal
Bukan rahasia lagi bahwa konflik adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
Bila kita menghabiskan banyak waktu dengan orang yang sama setiap hari, gesekan atau konflik sudah pasti tak terelakkan.
Tapi, sebagai seorang pemimpin, Anda mungkin lebih banyak mendedikasikan waktu pada isu-isu seperti produktivitas daripada pada resolusi konflik.
Seorang pemimpin seharusnya bisa mengelola konflik yang terjadi dengan bijak. Tentunya agar kinerja dalam organisasi Anda tidak mengganggu target hasil yang menjadi tujuan utama.
Salah satu alat untuk mengembangkan pengetahuan dalam manajemen konflik adalah
Instrumen Mode Konflik Thomas-Kilmann.
[Baca Juga: Kisah Sukses Justin Bieber, Penyanyi Internasional (Plus Rahasia Sukses)]
Instrumen Mode Konflik Thomas-Kilmann
Instrumen Mode Konflik Thomas-Kilmann adalah sebuah pendekatan yang menilai perilaku khas seseorang dalam situasi konflik dan menggambarkan perilaku ketegasan dan kooperativitas.
Instrumen ini membantu para pemimpin memahami bagaimana dinamika kelompok interpersonal dipengaruhi oleh gaya penanganan konflik, serta membantu para pemimpin untuk membuat keputusan yang tepat dalam memilih gaya yang tepat saat terjadinya situasi konflik.
Menurut Instrumen Mode Konflik Thomas-Kilmann, ada 5 gaya penanganan konflik. Berikut ini adalah penjelasan dari kelimanya:
#1 Competing – Berkompetisi
Beberapa orang berpikir kompetisi dalam arti bersaing itu buruk. Tapi, tak selamanya bersaing itu buruk, lho. Kompetisi memang perlu dilakukan, berdasarkan situasinya.
Namun jika Anda hanya mengelola konflik melalui kompetisi, maka Anda akan mengelola situasi dan orang dengan kurang efektif.
Kapan harus digunakan:
[Baca Juga: Inilah 10 Ciri Kepemimpinan Visioner atau Visionary Leadership yang Harus Dimiliki Setiap Orang Hebat seperti Anda]
Kapan tidak boleh digunakan:
Anda mungkin akan sering menggunakan cara penanganan konflik kompetisi ini jika Anda dikelilingi oleh tipe karyawan “yes people” (selalu mengatakan iya pada pimpinan) atau jika orang lain takut untuk mengakui kesalahan atau mengajukan pertanyaan kepada Anda, sebagai pemimpin.
#2 Collaborating – Berkolaborasi
Temukan solusi untuk konflik yang memuaskan semua pihak, yakni sebuah win win solution. Kolaborasi membutuhkan banyak waktu, sumber daya dan energi.
Meskipun banyak pemimpin mendorong kolaborasi, seringkali sulit bagi kedua belah pihak yang mengalami konflik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Karena itulah, gaya penanganan konflik jenis ini sering digunakan dalam situasi berisiko tinggi.
Seringkali, ketika orang mengatakan “berkolaborasi”, mereka mengartikannya hanya sebatas “kompromi” atau “bekerja sama”, tak lebih dari itu.
Kapan harus digunakan:
[Baca Juga: Kepemimpinan dalam Organisasi: Tipe Pemimpin Seperti Apakah Anda?]
Kapan tidak boleh digunakan:
Konflik itu sepele dan tidak membutuhkan waktu yang diperlukan untuk berkolaborasi.
Anda mungkin terlalu sering menggunakan pendekatan kolaboratif dalam konflik jika orang lain tidak terikat pada keputusan atau kebijakan Anda.
#3 Compromising – Kompromi
Cara ini mungkin hanya dapat memuaskan sebagian atau salah satu pihak yang mengalami konflik atau bahkan tidak ada sama sekali. Tidak ada pemenang dan tidak ada yang kalah.
Kompromi adalah solusi yang dapat dilakukan. Namun sebagai pemimpin, Anda tidak bisa menggunakan cara ini terus menerus.
Pasalnya, tim Anda mungkin akan mulai memainkan sistem dan meminta lebih dari apa yang mereka butuhkan karena tahu bahwa pemimpin mereka akan berkompromi setelah negosiasi.
Kapan harus digunakan:
[Baca Juga: Tahukah Anda Tipe Kepemimpinan Karismatik? Kenali Tipe Kepemimpinannya]
Kapan tidak boleh digunakan:
Anda bisa menggunakan mode ini bila pihak yang sedang konflik memiliki kekuatan yang sama dan terjadi persaingan yang tidak sehat.
#4 Avoiding – Menghindari
Anda tidak berusaha memuaskan diri sendiri atau orang lain yang terlibat dalam konflik. Sebagai gantinya, Anda menjauhi situasi konflik. Mode ini digunakan saat emosi sedang berada pada tingkat tinggi.
Sejujurnya, menghindari itu layaknya plester penutup luka pada situasi konflik, di mana tidak ada yang teratasi dan tidak ada solusi dari konflik yang terjadi.
Gaya ini hanya sekadar menutupi konflik saja. Faktanya adalah Anda akhirnya harus menghadapi konflik.
Kapan harus digunakan:
[Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Tentang Tipe Kepemimpinan Transformasional]
Kapan tidak boleh digunakan:
Anda bisa menggunakan mode ini ketika ada masalah koordinasi karena menunggu masukan.
Selain itu, mode ini juga bisa digunakan ketika suasana sedang keruh atau tidak menguntungkan dalam pengambilan keputusan, atau gagal dalam mengambil keputusan tentang masalah yang penting.
#5 Accomodating – Menampung
Anda rela mengorbankan kebutuhan dan keinginan Anda sendiri untuk orang lain yang terlibat dalam konflik.
Akomodasi adalah alat terbaik yang dapat digunakan dalam mengatasi konflik dari pihak yang terlibat.
Kapan harus digunakan:
Anda mungkin bisa menggunakan mode akomodatif jika tingkat kedisiplinan dalam organisasi lemah, atau jika Anda merasa gagasan dan kekhawatiran Anda tidak mendapatkan tingkat perhatian yang sesuai.
8 Manfaat dari Konflik Internal
Konflik akan menjadi bagian rutin kehidupan kerja kita sehari-hari. Semakin kita mengekspos diri kita pada konflik semakin baik kita dalam menanganinya.
Dalam banyak situasi, solusi paling inovatif seringkali timbul dari konflik. Tempat kerja adalah lingkungan yang dinamis yang selalu membutuhkan pertumbuhan, perubahan, solusi, transisi dan peningkatan.
Berikut ini 8 manfaat dari sebuah konflik.
#1 Membuka Mata Kita untuk Ide-ide Baru
Konflik sangat berguna sebagai instrumen kreatif untuk gagasan kita sendiri.
Setelah mengetahui persepsi orang lain, kita bisa tetap berkomitmen pada posisi awal kita atau malah dapat membuka mata terhadap perspektif baru.
Konflik adalah kendaraan yang efektif untuk menghasilkan solusi baru, mendapatkan kepercayaan, mengembangkan kesepakatan yang lebih dalam, dan membangun koneksi yang sukses.
#2 Kesempatan untuk Kebutuhan Verbal
Kebanyakan orang tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan karena mereka tidak mengatakannya.
Konflik memberi kesempatan untuk mengungkapkan kebutuhan kita agar dapat tersalurkan.
Konflik juga bisa membuat kita lebih tangguh dan tidak takut saat menanyakan apa yang sebetulnya kita perlukan.
[Baca Juga: 9 Jenis Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi Berdasarkan Teori Kepemimpinan yang Harus Anda Ketahui]
Sebagai contoh, Irma sangat kesal dengan rekan bisnisnya saat meeting di luar kota. Ia hanya bisa menahan emosinya karena keputusan rekan bisnisnya kurang bijak saat itu.
Namun saat di kantor, Irma mulai mengutarakan kekesalannya dan membuat rekan bisnis Irma mengerti bahwa keputusan yang telah ia ambil adalah salah.
#3 Mengasah Kemampuan untuk Mendengarkan
Setiap orang pasti ingin didengarkan, namun seringkali menjadi begitu egois karena ingin menang sendiri.
Kita butuh kesabaran saat mendengarkan orang lain. Kita juga harus mengendalikan dorongan hati kita untuk berbicara. Kesampingkan pikiran kita sehingga dapat sepenuhnya mengambil perspektif dari lawan bicara kita.
Mendengarkan adalah sebuah proses aktif, bukan pasif.
Mendengarkan memberi kita akses terhadap informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang cerdas dan menguntungkan.
#4 Mengajarkan Bagaimana Menentukan Sikap
Sewaktu terlibat konflik dengan orang lain, kita belajar tentang bagaimana orang lain bekerja, gaya komunikasi mereka, dan sudut pandang mereka.
Dengan mengetahui pola tersebut, kita bisa menentukan sikap jika berhadapan lagi dengan orang tersebut.
[Baca Juga: 10+ Gaya Kepemimpinan Lee Kuan Yew yang Membawa Singapura Menjadi Negara Maju di Asia Tenggara]
Pengetahuan ini membantu kita memprediksi di mana dan kapan kita dapat berargumen tanpa menyinggung orang tersebut dan mencapai kesepakatan.
Kita juga akan lebih siap dan percaya diri saat menghadapi konflik lain yang muncul.
#5 Konflik Memberikan Solusi
Bila struktur yang ada sudah tidak berfungsi lagi, artinya harus pembaharuan.
Pembaharuan itu baik karena terjadi perbaikan sistem. Tapi perubahan seringkali menciptakan ketidaknyamanan, karena kita terlalu nyaman pada sistem lama yang sudah usang.
Konflik adalah salah satu pintu untuk pembaharuan dan inovasi.
#6 Mengasah Keterampilan Berkomunikasi
Komunikasi adalah keterampilan yang membutuhkan pengendalian diri, kesabaran, dan kecerdasan.
Jika kita mundur dari konflik dan memilih untuk tidak jujur, artinya kita tidak bisa mengkomunikasikan perspektif kita.
Oleh karena itu, konflik yang ada dapat menjadi tempat kita melatih keterampilan komunikasi kita.
[Baca Juga: Ketahui Kesalahan Kepemimpinan yang Dilakukan Juga Oleh Para Pimpinan]
#7 Belajar Mengontrol Emosi
Kita tidak harus terlalu emosional sepanjang waktu. Jika kita ingin dianggap serius, kita harus bisa mengontrol emosi.
Belajar untuk tetap tenang dan hindari menggunakan kata-kata kasar sepanjang waktu.
Pengendalian diri adalah kunci sukses resolusi konflik. Bila kita bisa mengendalikan diri kita, orang akan mengandalkan kita dan mempercayai niat kita.
#8 Belajar Mengenai Perbedaan
Belajar banyak tentang siapa kita melalui perbedaan yang kita miliki dengan orang lain. Ini disebut diferensiasi.
Diferensiasi adalah kemampuan kita untuk mengatakan kebenaran dan perspektif kita sejelas yang kita lihat, sambil tetap terlibat dengan orang lain yang memiliki perbedaan perspektif dengan kita.
Konflik memberi kita kesempatan untuk menempatkan ideologi diri kita sendiri di dunia ini.
Berbicara tentang kebenaran tentang diri kita sendiri di tengah ketidaksepakatan adalah fondasi kesehatan emosional dan komunikasi yang sukses.
Ketika kita berbicara tentang siapa diri kita dan apa yang kita percaya, setiap orang dalam percakapan (lawan bicara) akan menyerap dan menanggapi informasi kita.
Hal ini memungkinkan orang lain menyesuaikan diri. Penyesuaian ini merupakan keberhasilan yang datang dari konflik karena tujuan akhir dari sebuah konflik adalah resolusi.
Pemimpin yang Baik dapat Menangani Konflik Internal
Pemimpin yang baik perlu memahami kelima mode penanganan konflik di atas, sehingga dapat mengidentifikasi mode terbaik yang dapat digunakan dalam berbagai situasi.
Anda perlu beradaptasi dan gesit dalam menghadapi konflik.
Memahami berbagai cara mendekati konflik ini juga dapat mengembangkan Emotional Intelligence (EQ) dan berbagai elemen penting untuk mencapai kepemimpinan yang sukses.
Anda dapat membagikan setiap artikel dari Finansialku kepada rekan-rekan atau kenalan Anda yang membutuhkan.
Jika Anda memiliki saran, tanggapan atau pertanyaan, Anda dapat menuliskannya pada kolom yang telah tersedia di bawah ini. Terima kasih!
Sumber Referensi:
Sumber Gambar:
Free Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula
Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News