customer.co.idJakarta, CNBC Indonesia – Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) turun di sesi awal perdagangan Senin (03/10/2022), melanjutkan tren penurunannya sejak pekan lalu. Lalu, bagaimana prediksi harga CPO hari ini?

Mengacu pada Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan turun 0,41% ke MYR 3.402/ton pada pukul 09:50 WIB.

Lantas, bagaimana prediksi harga CPO hari ini?

Analis komoditas Reuters, Wang Tao memproyeksikan harga CPO masih akan menguji titik resistance di MYR 3.477/ton, penembusan di atas titik resistance akan membawa kenaikan ke kisaran MYR 3.549-3.608/ton.

Pada perdagangan penutupan perdagangan Jumat (30/9/2022), harga CPO menguat tipis secara harian ke posisi MYR 3.416/ton. Akan tetapi dalam sepekan harganya jatuh 8,56% secara point-to-point.

Lebih parah lagi, secara kuartalan kinerja ini merupakan salah satu yang terburuk dalam satu dekade terakhir. Sepanjang kuartal III harga CPO terpangkas nyaris sepertiga atau ambles 30,43%. Pelemahan ini jauh lebih besar dari yang terjadi di kuartal sebelumnya.

Terkoreksinya CPO pada kuartal ketiga tahun ini salah satunya terjadi karena pasokan yang melebihi permintaan.

Permintaan akan CPO dunia tertekan oleh keagresifan mayoritas bank sentral global yang kompak menaikkan suku bunga acuannya, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS) yang beberapa waktu lalu menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin (bps). Hal tersebut membawa tingkat suku bunga Fed berada di kisaran 3%-3,25% dan menjadi posisi tertinggi sejak awal 2008.

Padahal, perekonomian AS secara teknis sudah memasuki zona resesi. Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis (29/9/2022), ekonomi AS mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II/2022, tak berubah dari pembacaan awal pada akhir Juli lalu.

Data tersebut mengonfirmasi bahwa AS telah memasuki resesi secara teknis menyusul kontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.

Namun, tampaknya hal tersebut tidak menghentikan komitmen The Fed untuk membawa turun inflasi ke target Fed di 2%. Bahkan, analis memprediksikan bahwa The Fed akan kembali agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga akhir tahun ini.

“The Fed tidak akan memperlambat laju kenaikan suku bunga mereka dengan 75 basis poin pada November dan 50 basis poin lebih banyak pada Desember,” kata Kepala Ekonom di FWDBONDS di New York Christopher Rupkey dikutip CNBC International.

Keagresifan bank sentral tersebut diprediksi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, bahkan mengirim ekonomi menuju zona resesi. Maka dari itu, isu resesi global yang kian santer di beberapa pekan ini, turut menekan permintaan akan komoditas termasuk CPO.

Bahkan, analis Dorab Mistry pada konferensi Globoil di Agra India memprediksi harga CPO akan ambruk ke level terendah dalam dua tahun ke MYR 2.500/ton (US$ 547,29) pada akhir tahun ini atau kuartal IV-2022.

Senada, secara teknisnya, analis komoditas Reuters memproyeksikan harga CPO akan turun menuju MYR 2.723/ton pada kuartal IV-2022 karena telah menembus titik support di MYR 3.584/ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News