customer.co.idJakarta, CNBC Indonesia – Resesi dunia sepertinya pasti akan terjadi pada tahun depan, sesuai dengan prediksi banyak institusi termasuk Bank Dunia.

Inflasi tinggi yang melanda berbagai negara, kemudian direspon dengan kenaikan suku bunga yang agresif membuat ekonomi dunia menjadi “gelap”.

Inflasi tinggi akan menurunkan daya beli, sementara suku bunga tinggi membuat ekspansi dan belanja konsumen terhambat. Alhasil, resesi pun di depan mata.

Risiko resesi semakin buruk melihat perang Rusia – Ukraina yang tak kunjung usai, justru kini semakin intensif. Perang kedua negara tersebut menjadi salah satu pemicu meroketnya harga minyak mentah, gas alam hingga batu bara. Alhasil, inflasi energi menjadi gila-gilaan, dan kini sudah menyebar ke berbagai sektor perekonomian.

Inflasi yang ‘mendarah daging’ tentunya akan memerlukan waktu yang lama untuk kembali turun. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) sudah menaikkan suku bunga hingga 300 basis poin di tahun ini menjadi 3% – 3,25%. Meski demikian, inflasi di Amerika Serikat masih tinggi, di atas 8%.

Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.

“Ini tidak akan menjadi resesi yang singkat dan dangkal, ini akan menjadi resesi yang parah, panjang dan buruk,” kata Roubini, sebagaimana dilansir Fortune, Rabu (21/9/2022).

Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Hal ini bisa memicu krisis yang parah.

The Fed yang terus menaikkan suku bunga dikatakan akan menciptakan banyak ‘perusahaan zombie’, perusahaan yang dibentuk saat era suku bunga rendah, tetapi hingga saat ini belum mampu menghasilkan laba untuk membayar utang.

“Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, shadow bank, dan negara zombie akan mati akibat suku bunga yang terus naik,” ujar Roubini.

Dr. Doom juga memperingatkan pasar finansial akan terpuruk jika resesi yang parah, panjang dan buruk terjadi. Indeks S&P 500 diperkirakan bisa ambrol hingga 30% sampai 40%, tergantung seberapa parah resesi yang terjadi.

Hal ini tentunya bisa berdampak buruk ke Indonesia, sektor finansial bisa ikut terpuruk, begitu juga dengan sektor riil akibat resesi dunia.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Skenario Terburuk Bukan Resesi, Tapi…

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News