customer.co.id – Tingginya kasus stroke di Indonesia membuat Kementerian Kesehatan mendorong rumah sakit di seluruh Indonesia dapat memiliki fasilitas dan SDM untuk menangani kasus stroke yang meliputi penyumbatan darah maupun pendarahan di otak.
Ketua Tim Kerja Transformasi Rujukan Kemenkes dr. Youth Savitri, MARS mengatakan, pihaknya menerapkan rumah sakit pengampuan untuk stroke untuk dapat mengampu rumah sakit pemerintah di daerah. Seperti halnya Rumas Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin atau RSHS . RSHS dijadikan rumah sakit pengampu untuk RSUD di Jabar.
“Kami ingin RS yang diampu agar sesuai kapasitas kinerja pelayanan sesuai RS nasional sehingga terjadi pemerataan layanan dalam menangani stroke melalui tindakan clipping (pembedahan pembuluh darah di otak) untuk cegah pendarahan berlanjut,” ujarnya dalam Launching Kegiatan Pengampuan Layanan Prioritas Stroke: Melalui Workshop Tindakan Pembedahan Clipping pada Pasien Aneurisma Cerebrovaskular, di RSHS , Kota Bandung pada pertengahan pekan ini.
Setidaknya, kata dia, melalui program pengampuan tercapai 1 RS provinsi harus bisa melakukan tindakan-tindakan tersebut di 34 RS utama atau RS setingkat rujukan provinsi.
“Pada kesempatan kali ini kami melakukan pembinaan dan pelatihan di RS paripurnanya. Hanya dua kali tindakan latihan clipping dan RSHS bisa mengampu seluruh RS jabar. Pasien enggak usah jauh-jauh berobat lagi cukup di Bandung atau RS daerah setempat,”ujar Youth.
Menurut dia, nanti RSHS akan melatih pada SDM RSUD seperti Al Ihsan, RSUD Karawang dan RSUD Gunung Djati Cirebon misalnya. Pihaknya akan memberikan data kesehatan, sarana, fasilitas dan juga SDM-nya dengan mendatangkan dokter dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON Prof. Dr. Mahar Mardjono) untuk langsung membina agar kinerja pelayanan bisa mengatasi terutama meningkatkan kesembuhan dari pasien tersebut.
Direktur Utama RS PON dr. Mursyid Bustami, Sp.S(K),KIC,MARS mengatakan, program pengampuan meningkatkan kapasitas RS untuk tangani pasien stroke . Tingkat kematian bisa ditekan tingkat kecacatan bisa menurun.
“Ini (clipping) tindakan yang paling tinggi dalam penanganan stroke . Kalau kasus yang selama ini dirujuk atau tidak bisa ditanganinya,” katanya.
Dikatakan dr Mursyid, kasus stroke ini dibagi dua yaitu penyumbatan dan pendarahan. Kasus penyumbatan lebih banyak dari pendarahan. Sebanyak 80 persen kasus tersumbat, 15-20 persen pendarahan. Tapi ketika ke rumah sakit, kasus-kasus pendarahan bisa 30-35 persen karena masyarakat tidak menyadari stroke .
“Dan dari 20 persen pendarahan, 40 persen kondisinya pecah,” ucap dia.
Dengan demikian, penanganan stroke penting karena tingkat kematian tinggi. Salah satu teknik penanganannya dengan mengatasi yang pecah tadi jangan sampe rembes terus darahnya karena terbuka, tapi selesai ditangani langsung diclipping.
Asda Bidang Ekonomi dan Pembangunan Prov. Jabar: dr. Berli Hamdani MPPM mengatakan, pengampuan ini merupakan suatu peningkatan pelayanan publik Pemprov Jabar untuk operasi penanganan stroke dengan teknologi yg diberikan melalui pembinaan atau RS PON yang menjadikan RSHS sebagai pengampu untuk 6-7 RSUD di Jabar.
“Dalam waktu dekat yang akan diampu itu Al Ihsan, RSUD Karawang,” ujarnya.
Dikatakan Berli, upaya tersebut dilakukan untuk meingkatkan kualitas hidup masyarakat dan berpengaruh untuk kesehatan Jabar.
Plt. Dirut RSHS dr. Yana Akhmad, Sp.PD-KP menuturkan, RSHS sebagai RS Pengampu Regional dalam program layanan prioritas ditargetkan untuk mencapai stratifikasi layanan strata paripurna. Untuk mencapai pemenuhan standar stratifikasi ini, RSHS bekerjasama dengan RS Pengampu Nasional, RS PON Prof. Dr. Mahar Mardjono dalam pendampingan tindakan medis salah satunya proctoring tindakan bedah clipping untuk dapat memenuhi standar stratifikasi.
Hal ini juga merupakan peran serta RSHS dalam transformasi kesehatan ini dengan mendukung peningkatan aksesibilitas layanan rujukan yang berkualitas.
“Dengan dilakukannya pengampuan ini, para Dokter Ahli Bedah Saraf RSHS dapat merevitalisasi kembali bagaimana kompetensinya dalam menangani kemampuan kasus pasien Aneurisma Cerebrovaskular,” ujarnya.
Ke depannya, pasien stroke yang terdiagnosa seperti ini tidak usah dirujuk ke luar daerah karena tindakan ini dapat dilakukan di RSHS .
“Setelah pendampingan RS PON, kami akan melanjutkan. InsyaAllah ini tindakan kami berjenjang saling berikan kemampuan,” ucapnya.
Kepala KSM Bedah Saraf RSHS dr. Ahmad Imron, Sp. BS mengatakan, menjelaskan bahwa pembedahan clipping dilakukan terhadap pasien dengan keluhan sakit kepala hebat.
Setelah diperiksa ternyata ditemukan stroke pendarahan yang diakibatkan oleh suatu kelainan dalam pembuluh darah otak dimana disitu ditemukan tonjolan tipis (aneurisma) sehingga menyebabkan pecahnya dinding pembuluh darah.
“Oleh karena itu yang kita lakukan adalah agar pembuluh darah itu tidak pecah lagi dengan mencari daerah pembuluh darah yang mengalami kelainan tersebut. Kita membelah kepala, supaya aneurisma itu ditemukan. Setelah pembuluh darah ditemukan, kita lakukan penjepitan sehingga resiko untuk terjadinya pecah ulang tidak akan terulang kembali,” katanya.
Sebelumnya, pasien sudah mengalami serangan stroke sebanyak dua kali pada tahun 2021 dan tahun 2022 ini, sehingga tindakan clipping ini dilakukan mencegah terjadinya pecah pembuluh darah kembali.
Terkait dengan SDM dokter bedah syaraf di Jabar, Ahmad mengatakan, saat ini baru terdapat 42 orang bedah syaraf di Jabar.
Diakui dia sebarannya tidak merata, 25 dokter ada di Kota Bandung dan sekitarnya sehingga tidak semua RS kabupaten kota diproyeksikan bisa tangani ini.
“Tapi kemenkes buka program akan ada peningkatan kemampuan, kami di perhimpunan mendorong penambahan bedah syaraf ini. Harapannya RS bisa layani bedah syaraf ini sehingga perlu tambahan pelatihan,” ujarnya.***
Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News