customer.co.id

    55SHARES

Shutterstock

Dream – Silent reflux adalah kondisi ketika asam lambung menyebabkan rasa tidak nyaman pada tenggorokan, terutama di belakang tulang dada. Jika ini terjadi pada bayi, maka akan sangat mengganggunya dan bisa jadi si kecil kesulitan untuk mengonsumsi Air Susu Ibu.

Namun bagaimana ibu bisa mengetahui bayi mengalami silent reflux sedangkan si kecil belum bisa berbicara. Berikut gejala yang bisa ibu perhatikan pada bayi:

    Sering muntah dan gumoh.

    Tidak ada peningkatan berat badan bayi.

    Bayi menolak menyusu dan menangis saat menyusu.

    Bayi menangis saat berbaring atau tidur terlentang, terutama setelah menyusu.

    Bayi selalu ingin digendong dengan posisi tegak.

    Bayi mendorong kepalanya ke belakang dan terus-menerus menekuk punggungnya.

Cara Atasi

Jika bayi Anda mengalami gejala-gejala ini, Anda harus pergi ke dokter dan menindaklanjutinya secara lanjut. Dan untuk pertolongan pertama di rumah, lakukan hal ini.

    Susui bayi Anda dalam posisi tegak.

    Pegang bayi Anda dalam posisi tegak setidaknya selama 15 menit setelah menyusui. Gravitasi dapat membantu perut menjaga susu tetap di tempatnya.

    Jangan menggoyang bayi saat menyusui.

    Menyusui dalam waktu singkat beberapa kali.

    Sendawakan bayi setiap 5 menit. Bersendawa berulang selama dan setelah setiap menyusui mencegah udara terkumpul di perut bayi.

    Ada beberapa makanan yang meningkatkan refluks pada bayi yang harus Anda hindari selama masa menyusui, seperti produk susu, makanan asam seperti lemon, jeruk, dan jeruk keprok. Juga kopi, bawang putih, bawang merah, dan tomat.

    Gunakan bantal refluks untuk tidur mereka.

(Sumber: Fustany)

Kotoran Pertama Bayi Ternyata Bisa Prediksi Kepintarannya

Dream – Faktor kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal. Antara lain gen, stimulasi, gizi, pendidikan dan lingkungannya. Sebagian besar orangtua ingin memiliki anak-anak yang pintar dan unggul dalam aspek akademik.

Kepintaran anak biasanya baru terlihat ketika nilainya di sekolah selalu unggul, termasuk ketika menjuarai lomba tertentu. Ternyata sejak bayi ketika anak bahkan belum bisa bicara, level intelegensianya sudah bisa diprediksi.

Bukan melalui tes IQ tapi dari analisis feses atau kotoran pertamanya setelah lahir. Hal ini dilakukan oleh tim dari Case Western Reserve University, Ohio, Amerika Serikat. Analisis feses pertama bayi dapat menunjukkan tingkat kecerdasan, atau jika anak rentan terhadap masalah dalam perkembangan kognitif.

Para peneliti menjelaskan bahwa peningkatan kadar FAEE (asam lemak etil ester) yang ditemukan dalam tinja pertama bayi baru lahir (mekonium) dari asupan ibu selama kehamilan dapat menunjukkan apakah anak tersebut rentan atau tidak mengalami masalah kognitif di masa remajanya.

Tim memeriksa sampel kotoran dari 100 bayi berusia satu tahun. Setelah pemeriksaan, mereka menemukan bahwa bayi dengan tingkat bakteri genus Bacteroides lebih tinggi mendapat skor lebih baik dalam tes kognitif dibandingkan dengan kelompok bakteri lainnya.

© MEN

Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan Mullen Scales of Early Learning. Ini melibatkan serangkaian tes perkembangan yang memerlukan pemeriksaan keterampilan motorik halus dan kasar, perkembangan bahasa dan kemampuan persepsi.

Seperti yang dijelaskan oleh Rebecca Knickmeyer, profesor psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina, bahwa ini adalah pertama kalinya hubungan antara komunitas mikroba dan perkembangan kognitif ditunjukkan dan ditunjukkan lebih lanjut pada manusia.

Probiotik Dapat Meningkatkan Perkembangan Otak

Temuan penelitian mengungkapkan bahwa bakteri usus memainkan peran utama dalam meningkatkan keterampilan kognitif bayi sebelum usia satu tahun. ” Hasil inimungkin dapat memandu pengembangan mikrobioma untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif atau mengurangi risiko gangguan seperti autisme yang dapat mencakup masalah dengan kognisi dan bahasa,” kata para peneliti.

© MEN

Dengan mendemonstrasikan efek probiotik pada otak, penelitian ini juga memunculkan pertanyaan tentang penggunaan antibiotik secara berulang dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi otak. Ini karena antibiotik banyak digunakan di unit perawatan intensif neonatus dan pada infeksi saluran pernapasan masa kanak-kanak.

Sumber: MomJunction

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News