customer.co.id

    6SHARES

Murid Sekolah Di Jepang/ Foto: Shutterstock

Dream – Masyarakat Jepang dikenal dengan gerakannya yang gesit dan cepat. Terutama di jam sibuk pagi hari. Hal ini karena mereka memang sangat disiplin dalam ketepatan waktu.

Kebiasaan tersebut tentunya tak bisa muncul begitu saja, tetapi dibentuk sejak kecil. Sebuah penelitian bahkan mengungkap soal soal kecenderungan berjalan anak-anak Jepang yang berbeda dari anak-anak di negara lain.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal “ Scientific Reports” menemukan bahwa kebisaan berjalan anak-anak Jepang berusia 6 hingga 12 tahun berbeda dengan anak-anak di negara maju lainnya.

Gaya berjalan adalah pola motorik yang kompleks dan vital, tidak disadari untuk fungsi sehari-hari. Terdiri dari urutan gerakan menggunakan pinggul, lutut, dan kaki. Variasi terkait usia dalam gerakan tungkai bawah saat berjalan dipelajari oleh para ilmuwan dari Universitas Nagoya di Jepang.

Perbedaan Mencolok

Para peneliti percaya bahwa memahami pola berjalan mungkin sangat bermanfaat dalam menentukan kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Selama penelitian, para ilmuwan menemukan perbedaan utama di antara kelompok usia yang berbeda.

© Shutterstock

Untuk anak-anak Jepang pada kelompok usia 11-12 tahun, jumlah langkah yang dilakukan setiap menit lebih banyak dibandingkan dengan kelompok usia 6-8 tahun. Para peneliti juga menemukan penurunan langkah dan panjang langkah untuk anak-anak usia 11-12 dibandingkan dengan kelompok usia 9-10 tahun.

Anak-anak dalam kelompok usia 11-12 juga menunjukkan rentang gerak yang lebih sedikit di lutut selama siklus gaya berjalan mereka. Seiring bertambahnya usia, anak juga memiliki gerakan fleksi plantar yang lebih tinggi. Gerakan itu mengacu pada gerakan saat menunjuk jari kaki di awal berjalan.

Ito Tadashi, salah satu peneliti dari Departemen Ilmu Kesehatan Terpadu di Universitas Nagoya, percaya bahwa beberapa faktor mempengaruhi pola gaya berjalan di antara anak-anak Jepang.

“ Kami percaya bahwa perbedaan gaya hidup, bentuk tubuh, dan faktor budaya semuanya mempengaruhi gaya berjalan anak-anak Jepang. Ini tidak akan mempengaruhi kesehatan anak-anak Jepang tapi itu memang menunjukkan karakteristik yang berbeda dari anak-anak di negara lain,” kata Ito.

Hasil ini memberikan fakta penting untuk menilai gaya berjalan normal dan patologis dan dapat menentukan efektivitas perawatan ortopedi dan rehabilitasi untuk gangguan gaya berjalan,” kata Ito.

Dengan temuan penelitian ini, para ilmuwan berharap bisa menilai perubahan perkembangan dan kelainan gaya berjalan melalui pola gaya berjalan anak-anak. Terutama pada anak-anak Jepang.

Sumber: NextShark

Tak Selalu Negatif, Anak Berulah Justru Picu Orangtua Banyak Belajar

Dream – Hadirnya anak di tengah keluarga, tentunya membutuhkan adaptasi yang luar biasa bagi ayah dan ibu yang sebelumnya hanya hidup berdua. Banyak perubahan yang terjadi, dan pastinya menjadi orangtua adalah proses belajar seumur hidup.

Ada kalanya anak bersikap sangat manis, tapi di waktu lain ia sangat berulah. Kadang membuat ayah dan ibu sangat emosi hingga suara meninggi tetapi jika anak-anak kita tidak pernah berperilaku buruk, kita akan menjadi orangtua yang tidak belajar.

” Perilaku buruk seorang anak membantu ayah dan ibu menjadi orangtua yang lebih baik. Juga memungkinkan orangtua menyesuaikan pola asuh,” kata Rachel Andrea, seorang psikolog keluarga.

© MEN

Tak selalu buruk, saat anak berulah sebenarnya orangtua sedang belajar banyak hal. Bukan hanya belajar mendidik anak tapi juga memperbaiki diri karena ingin menjadi contoh yang baik. Berikut dampak anak positif anak berperilaku buruk.

1. Kesempatan untuk belajar dan memberi contoh” Ketika anak-anak saya bertengkar atau membalas arugmen saya, saya sering berhenti dan membimbing mereka melalui tanggapan yang lebih baik. Anak-anak yang kritis dapat belajar berbicara yang baik, anak-anak yang suka berdebat dapat belajar untuk patuh dengan argumentasi,” ujar Andrea.

Justru saat krisis dan konflik itulah anak melihat respons orangtua. Mereka lebih banyak belajar lewat contoh yang dilihatnya sehari-hari.

2. Orangtua tahu yang dibutuhkan anak

Perilaku buruk kadang mengkomunikasikan kebutuhan mendasar anak. Ketika perilaku mereka mengganggu, biasanya itu pertanda bahwa mereka membutuhkan lebih banyak perhatian.

” Bukan karena kurang perhatian, tapi level perhatian yang dibutuhkan anak saat bersikap buruk sebenarnya lebih tinggi. Sikap buruk dapat menandakan kekecewaan, frustrasi, atau ketakutan yang mendalam,” kata Andrea.

© Shutterstock

Pemberontakan anak mungkin tanda kita perlu mendekatkan lagi ke anak-anak. Sebagai orangtuanya, kitalah yang harus responsif, reaktif dan memvalidasi emosi yang dialami anak.

3. Bukan sekadar reputasi

Saat anak bersikap baik, memiliki prestasi, menuruti semua yang diberitahu orangtua, pastinya orangtua merasa bangga. Lalu bagaimana respons orangtua saat rapor anak jelek, kalah dalam pertandingan atau memberontak?

© Shutterstock

” Jangan menjadi orangtua sombong yang lebih mengkhawatirkan reputasi daripada membentuk karakter anak. Justru di titik terendah anak, ia sangat membutuhkan orangtuaya, dukungan apapun itu bentuknya harus diberikan. Cobalah belajar peka dengan kebutuhan anak,” ujar Andrea.

Sumber: Imom

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News