customer.co.id – Presiden Bank Dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Senin (10/10/2022) mengulangi peringatan tentang ancaman resesi global 2023 yang tertunda.

Berbicara pada awal pertemuan musim gugur mereka, Malpass dan Georgieva mengatakan ada bahaya nyata dari resesi dunia pada tahun depan.

“Kita harus meletakannya dalam konteks beratnya masalah yang ada, di mana ada risiko dan bahaya nyata dari resesi ekonomi dunia tahun depan. Ekonomi negara-negara maju di Eropa akan melambat. Hal ini akan terjadi tahun depan,” kata Malpass.

Dia menjelaskan depresiasi mata uang berarti tingkat utang negara-negara berkembang akan semakin besar. Kenaikan suku bunga juga menjadi beban tambahan.

Malpass mengungkap, inflasi masih menjadi masalah utama bagi semua orang, terutama bagi warga miskin.

“Pekan lalu, untuk pertama kali dalam dua tahun, kami merilis laporan kemiskinan dunia yang menunjukkan lebih dari 70 juta orang terjerembab dalam kemiskinan. Hal lain yang memprihatinkan adalah pengurangan pendapatan rata-rata hingga 4 persen. Jadi ketika kita bicara tentang tujuan mencapai kemakmuran bersama, hal itu tidak terjadi,” ucap dia.

Georgieva mengamini pandangan Malpass.

“Saya sangat setuju dengan Anda bahwa risiko resesi telah meningkat. Kami telah menghitung bahwa sekitar sepertiga ekonomi dunia akan mengalami sedikitnya pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut tahun ini, tahun depan, dan bahwa jumlah kerugian akibat perlambatan ekonomi dunia antara saat ini dan tahun 2026 akan mencapai empat triliun dolar. Ini adalah ukuran PDB Jerman yang hilang,” ujar dia.

Georgieva mengungkapkan IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan globalnya tiga kali.

IMF kini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 menjadi 3,2 persen; sementara pada 2023 menjadi 2,9 persen.

Proyeksi IMF yang suram itu datang seiring kebijakan bank-bank sentral di seluruh dunia untuk menaikkan suku bunga dengan harapan dapat meredam lonjakan inflasi.

Bank Sentral Amerika telah mengambil serangkaian kebijakan yang paling agresif ketika menggunakan kenaikan suku bunga sebagai piranti untuk mendinginkan inflasi.

Sejumlah bank sentral dari Asia hingga Inggris juga telah mulai menaikkan suku bunga mereka minggu ini.

“Kita tidak bisa membiarkan inflasi menjadi tidak terkendali,” tegas Georgieva.

Pertemuan tahunan 190 negara anggota IMF dan Bank Dunia dilangsungkan dua kali setahun guna mengatasi berbagai risiko terhadap ekonomi global.

Artikel ini telah tayang di VOA Indonesia dengan judul ” “.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website kompas.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News