Para menteri luar negeri Asia Tenggara berkumpul di Ibu Kota Kamboja untuk pertemuan yang membahas kekerasan yang terus berlanjut di Myanmar dan beberapa masalah lainnya, Selasa (2/8).

Mereka juga akan bertemu dengan para diplomat tertinggi dari Amerika Serikat, China, Rusia dan negara besar lainnya di tengah ketegangan terkait invasi ke Ukraina dan kekhawatiran atas ambisi Beijing yang berkembang di wilayah tersebut.

Pertemuan tingkat menteri luar negeri ASEAN di Phnom Penh ini membuat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov berada di tempat yang sama untuk kedua kalinya dalam sebulan, meskipun tidak jelas apakah keduanya akan bertemu.

Bendera negara peserta pertemuan ASEAN terlihat di depan Bandara Internasional Phnom Penh pada 29 Juli 2022. (Hul Reaksmey/VOA Khmer)

Keduanya tidak bertemu secara terpisah saat menghadiri pertemuan menteri luar negeri Kelompok 20 di Bali awal Juli lalu. Tetapi mereka melakukan kontak langsung pertama mereka sejak sebelum Rusia menginvasi Ukraina melalui pembicaraan telepon pada hari Jumat, ketika Blinken mendesak Moskow agar menerima kesepakatan untuk membebaskan tahanan Amerika Brittney Griner dan Paul Whelan serta membahas masalah-masalah lain.

Yang juga hadir dalam pertemuan itu adalah Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Banyak yang mendesak Beijing agar menggunakan kemitraannya dengan Rusia untuk mendorong diakhirinya konflik di Ukraina dan untuk membantu mempromosikan perdamaian dan kembalinya pemerintahan sipil di Myanmar setelah kudeta Februari 2021 yang memicu protes massa dan perlawanan bersenjata.

Pertemuan itu terjadi pada saat ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat menyusul usaha AS melawan pengaruh ekonomi dan militer China yang kian berkembang di Asia-Pasifik.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi sedang melakukan tur di kawasan itu dan mungkin mengunjungi Taiwan. Kemungkinan kunjungan Pelosi ke pulau itu telah meningkatkan gesekan lebih lanjut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian memperingatkan pekan lalu bahwa “mereka yang bermain api akan binasa karenanya.”

China yang diperintah komunis menganggap Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, dan mengatakan akan merebut kembali pulau itu dengan paksa jika dianggap perlu. AS mematuhi kebijakan “satu China” namun mempertahankan hubungan informal dan hubungan pertahanan dengan Taiwan.

Dalam percakapan telepon pekan lalu dengan Presiden AS Joe Biden, pemimpin China Xi Jinping berkeberatan dengan kemungkinan pemberhentian Pelosi, yang akan menjadi kunjungan tingkat tertinggi AS ke Taiwan dalam lebih dari 25 tahun.

Pertemuan ASEAN juga mempertemukan beberapa negara yang telah atau sedang merundingkan kemitraan dengan ASEAN, antara lain India, Jepang, Korea Selatan, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Kanada.

Australia, khususnya, telah menyoroti pentingnya negara-negara ASEAN, dengan Menteri Luar Negeri Penny Wong mengatakan bulan lalu bahwa mereka harus melihat aliansi-aliansi baru — termasuk kelompok Quad dari Australia, AS, India dan Jepang Baru dan Kelompok AUKUS dari Australia, Inggris dan Amerika Serikat — bermanfaat bagi kawasan itu. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News