Hutan bakau merupakan bagian penting dari ekologi Kenya. Hutan ini menangkap dan menyimpan karbon, membantu mengatasi perubahan iklim. Tetapi hutan bakau kini terancam oleh penebangan, budidaya ikan, pembangunan di pesisir dan polusi.
Masyarakat setempat melawannya, berusaha untuk memulihkan tanaman ini ke habitat aslinya.

Satu kelompok bernama Mikiko Pamoja (bahasa Swahili yang artinya ‘bakau bersama’), menanam bibit bakau yang akan membantu melindungi daerah tempat tinggal mereka dari erosi pantai, hilangnya ikan serta perubahan iklim. Para anggotanya menanam 4.000 pohon bakau setiap tahun. Proyek ini mendapat dukungan teknis dari Institut Kelautan dan Riset Kenya (Kenya Marine and Research Institute).

Kegiatan mereka juga menghasilkan ‘kredit karbon’, yang diberikan bagi setiap ton emisi gas rumah kaca yang disingkirkan dari atmosfer. Penjualan kredit ini telah menghasilkan 3 juta shilling Kenya (sekitar $25.500) bagi mereka tahun ini. Uang tersebut dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.

Kassim Juma, Asisten Koordinator Proyek Mikoko Pamoja, menjelaskan, “Melalui uang yang dikumpulkan dari kredit karbon, 32 persen digunakan untuk mendukung proyek-proyek pembangunan masyarakat. Kami telah mampu membantu sejumlah siswa di sekolah, kami telah dapat membeli beberapa mebel untuk klinik dan kami juga telah dapat membeli sejumlah buku untuk beberapa sekolah yang tidak memiliki banyak buku. Jadi kami memutuskan sebagai komunitas untuk menyumbangkan buku-buku ini agar anak-anak dapat memiliki pendidikan yang lebih baik.”

Kelompok ini mulai beroperasi pada tahun 2013. Mereka mengelola lebih dari 117 ribu hektare hutan bakau di Teluk Gazi. Mereka dapat menjual 3.000 ton kredit karbon per tahun selama 20 tahun ke depan.

Mwanaidi Juma, anggota Mikoko Pamoja mengatakan, “Kami mendapatkan manfaat dari proyek-proyek air dan karena itu kami tidak perlu lagi pergi jauh untuk mendapatkan air. Kami sekarang memiliki air keran yang bersih di rumah-rumah kami, di mana kami membayar tagihan lebih rendah untuk membayar biaya listrik saja.”

Masyarakat Pesisir Peroleh Uang Dengan Lindungi Hutan Bakau

Anak-anak sekolah berjalan melewati pohon bakau di Vanga, Kabupaten Kwale, Kenya, Senin, 13 Juni 2022. (AP/Brian Inganga)

Sekitar 73 persen warga desa Gazi dan Makongeni kini memiliki air bersih dari keran di rumah mereka. Tetapi manfaatnya jauh lebih besar daripada sekadar apa yang dapat mereka beli dengan kredit karbon.

Abdallah Bakari, juga anggota Mikoko Pamoja, mengemukakan, “Hutan bakau tumbuh subur dan udara jadi lebih bersih bagi desa-desa yang berdekatan dengan hutan. Ini salah satu manfaat yang kami rasakan. Hutan bakau juga menjadi tempat berkembang biak ikan. Dan selama 10 tahun terakhir, kami perhatikan ada peningkatan jumlah ikan, tidak seperti pada tahun-tahun sebelumnya.”

Ekosistem ini menangkap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar, yang disebut sebagai ‘karbon biru’. Hutan bakau menempati kurang dari 0,5 persen daerah permukaan laut global, tetapi menyimpan sekitar 70 persen total karbon yang diserap oleh lautan dunia.

Bulan bersinar di atas pohon bakau di Vanga, Kenya pada Selasa, 14 Juni 2022. Beberapa hutan bakau di seluruh Afrika telah hancur karena pembangunan pesisir, penebangan atau budidaya ikan, membuat masyarakat pesisir lebih rentan terhadap banjir dan naiknya permukaan laut. (Foto AP/Brian Inganga)

Bulan bersinar di atas pohon bakau di Vanga, Kenya pada Selasa, 14 Juni 2022. Beberapa hutan bakau di seluruh Afrika telah hancur karena pembangunan pesisir, penebangan atau budidaya ikan, membuat masyarakat pesisir lebih rentan terhadap banjir dan naiknya permukaan laut. (Foto AP/Brian Inganga)

Riset menunjukkan bahwa ekosistem pesisir menyimpan lebih banyak karbon daripada hutan di daratan biasa, sehingga berperan penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Luas hutan bakau Kenya berkurang dari 60 ribu hektare pada tahun 2017 menjadi 52.800 hektare pada tahun 2021. Tetapi melalui kegiatan masyarakat dan pemerintah, habitat bakau pulih, Hutan bakau kini mencakup 10 persen total luas hutan Kenya.

Selain Kenya, Madagaskar, Gambia, Senegal dan Mozambik juga telah mengadopsi proyek-proyek pemulihan ekosistem laut. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News