customer.co.id – Pusat Layanan Masyarakat Hannam-dong , yakni pusat yang memfasilitasi pencarian orang hilang darurat setelah bencana disibukkan sejak tragedi Itaewon meletus, Sabtu malam, 29 Oktober 2022.

Dari pantauan media Reuters, kantor utama pusat tampak sangat kacau dengan ratusan telepon masuk yang berasal dari keluarga korban tiap menitnya.

Total lebih dari 3.580 dering panggilan masuk ke kantor tersebut, terhitung sejak pukul 5.30 pagi waktu setempat, Minggu, 30 Oktober 2022.

Sebanyak itu pula keluarga yang diselimuti kebingungan lantaran belum mengetahui nasib dari orang terkasihnya, yang terlibat di dalam kerumunan maut Itaewon .

Baca Juga: Tragedi Halloween Itaewon, Polisi Korea Selatan Dinilai Tidak Sigap Mengantisipasi Kerumunan Masyarakat

Salah satunya adalah Philomene Aby, dengan tangis dan tangan gemetar, dia terus berupaya mencari tahu tentang putranya, kepada pekerja di Pusat Komunitas Korea Selatan .

Pasalnya, putranya yang berusia 22 tahun itu hilang setelah insiden kerumunan maut yang menewaskan sedikitnya 151 orang tersebut.

Masela, putra dari Aby merupakan seorang pegawai salah satu klub atau bar di daerah Itaewon . Dia mulai bekerja dari pukul 6 sore pada saat kejadian.

Menurut keterangan sang ibu, itulah terakhir kali seseorang dari kalangan warga negara asing asal Ivory Coast , Afrika , melihat sosok putranya.

“Saya menelepon nomornya tapi … dia (Masela) tidak menjawab,” kata Aby kepada Reuters, di depan kantor Pusat Layanan Masyarakat Hannam-dong .

Baca Juga: Dewi Perssik Murka Dituduh Iri Kepada Lesti Kejora hingga Jual Diri, yang Nemuin Pertama Dapet 100jt

Pusat tersebut biasanya menangani akta kelahiran atau pendaftaran tempat tinggal warga Seoul. Kali ini petugasnya justru kelimpungan membantu ratusan orang yang menangis meminta kejelasan info.

Petugas di pusat itu menjaga saluran telepon darurat, menerima ratusan panggilan panik demi menemukan orang-orang yang masih raib usai tragedi terurai.

Menurut wartawan Reuters yang ada di lokasi, orang-orang jatuh berlutut di lantai setelah berbicara dengan beberapa pejabat di pusat itu. Termasuk Aby, seorang ibu yang masih begitu gamang.

“Tidak ada (petugas) yang mau mengatakan situasi yang sebenarnya (kepada kami),” kata Aby, yang telah tinggal di Seoul bersama putranya selama 18 tahun itu.

Baca Juga: Asal Usul Perayaan Halloween, Tradisi Kuno yang Lestari hingga Zaman Modern

Tanpa tanda-tanda berita apapun soal putranya, Aby akhirnya meninggalkan pusat pelaporan orang hilang tersebut.

Di sisi lain, Menteri Dalam Negeri Lee Sang-min mengatakan bahwa sekitar 90 persen dari korban telah diidentifikasi dan pihak berwenang masih bekerja untuk mengidentifikasi 10 persen sisanya.

Menurutnya, butuh waktu lebih lama bagi warga negara asing (WNA) atau remaja yang belum terdaftar di pemerintah, dalam hal ini mereka harus langsung memeriksakan diri ke pihak keluarga. ***

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News