customer.co.id – Partai Nasdem memutuskan sikap untuk mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024.

Keputusan Nasdem untuk mendukung Anies sebagai capres 2024 menyusul sikap Partai Gerindra yang beberapa waktu lalu menyatakan akan mengusung sang Ketua Umum Prabowo Subianto untuk bertarung di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Akan tetapi, tentu mereka harus berkoalisi dengan partai lain untuk bisa lolos dari presidential threshold.

Dalam Pemilu 2019, Partai Nasdem berhasil meraih 12,66 juta suara atau 9,05 persen dari total suara sah nasional.

Dengan perolehan suara itu, Partai Nasdem mendapat 59 kursi atau 10,26 persen dari total 575 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024.

Persentase kursi Nasdem di DPR dan perolehan suara mereka di Pemilu 2019 ternyata belum memenuhi syarat untuk bisa mengusung capres secara mandiri.

Sebab menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum pasal 222 disebutkan “Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya.”

Di sisi lain, sebelum didukung oleh Nasdem menuju pemilihan presiden (Pilpres) 2024, Anies pernah menjalani proses seleksi untuk bersaing menjadi kandidat capres dari Partai Demokrat 9 tahun lalu.

Gagal di konvensi capres Partai Demokrat

Anies pernah mengikuti konvensi calon presiden dari Partai Demokrat pada 27 Agustus 2013.

Konsep kegiatan itu adalah dengan menjaring sejumlah tokoh yang dinilai layak untuk diusung menjadi capres. Penentuan pemenang didasarkan pada persentase elektabilitas dan gagasan yang dilontarkan dalam kegiatan debat.

Untuk meraih dukungan, Anies kemudian menggagas Gerakan Turun Tangan dalam waktu satu tahun dengan merekrut 35.000 orang untuk menjadi relawan. Sebagian besar relawannya saat itu adalah anak-anak muda dari berbagai latar belakang.

Saat itu Anies menghadiri sejumlah kegiatan debat di konvensi capres Partai Demokrat yang digelar id sejumlah kota, yakni Medan, Palembang, Bandung, dan Surabaya.

Dia bersaing dengan sejumlah kandidat lain yaitu Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, Sinyo Harry Sarundajang.

Akan tetapi, saat itu Partai Demokrat memutuskan Dahlan Iskan yang memenangkan konvensi itu berdasarkan hasil survei elektabilitas para calon presiden pada 2014 atau setelah debat dalam konvensi capres Demokrat.

Saat itu terdapat 3 lembaga survei yang memaparkan hasil jajak pendapat tentang popularitas kandidat capres dalam konvensi Partai Demokrat.

Menurut Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam jajak pendapat pada Januari 2014, popularitas Dahlan Iskan mencapai 15,2 persen. Lalu pada Mei naik menjadi 17,5 persen.

Lalu menurut Populi Center, elektabilitas Dahlan mencapai 21,7 persen pada Januari 2014, dan naik menjadi 23 persen pada Mei 2014.

Kemudian menurut MarkPlus, elektabilitas Dahlan Iskan mencapai 15,7 persen pada Januari 2014 dan naik menjadi 18,7 persen pada Mei 2014.

Sedangkan elektabilitas Anies saat itu terpaut jauh dari Dahlan.

Menurut LSI, elektabilitas Anies pada Januari 2014 berkisar 2,6 persen, dan malah anjlok menjadi 2,4 persen pada Mei 2014.

Sedangkan menurut Populi Center, elektabilitas Anies pada Januari 2014 mencapai 2,9 persen dan tidak berubah hingga Mei 2014.

Kemudian menurut MarkPlus, elektabilitas Anies pada Januari dan Mei 2014 tetap yakni mencapai 1,4 persen.

Akan tetapi, Partai Demokrat saat itu gagal mengusung calon presiden karena tidak mempunyai cukup suara untuk mengusung calon sendiri akibat aturan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold).

Setelah gagal dalam konvensi capres Partai Demokrat, Anies kemudian mengalihkan dukungan kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014.

Dia bergabung dengan tim pemenangan Jokowi-JK dan didapuk sebagai juru bicara koalisi Indonesia Hebat.

Pasangan Jokowi-JK kemudian menang dalam Pilpres 2014 mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dari Koalisi Merah Putih.

Setelah itu, Anies sempat diberi jabatan sebagai Deputi Kantor Transisi Jokowi-JK.

Presiden Jokowi kemudian melantik Anies menjadi salah satu anggota kabinet yakni sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 27 Oktober 2014.

Akan tetapi, walau Anies membuat sejumlah kebijakan yang dinilai positif, Jokowi memutuskan mencopotnya dari posisi Mendikbud pada pertengahan 2016 dan menggantinya dengan Muhadjir Effendy.

Didukung Nasdem maju Pilpres 2024

Nama Anies sempat muncul sebagai bakal capres dalam Rapat Kerja Nasional II Partai Nasdem di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, pada 15 sampai 17 Juni 2022 lalu.

Saat itu terdapat 3 nama yang direkomendasikan oleh para peserta yang hadir untuk dipertimbangkan sebagai calon presiden 2024 yang akan diusung Partai Nasdem.

Selain Anies terdapat 2 nama yang muncul saat itu, yakni Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Saat ini Nasdem sudah menentukan sikap dan akan mengusung Anies sebagai calon presiden. Namun, tentu mereka harus berkoalisi dengan partai lain untuk bisa lolos dari presidential threshold.

“Pilihan capres Nasdem adalah yang terbaik daripada yang terbaik. Inilah akhir Nasdem memberikan seorang sosok Anies Baswedan,” ujar Ketau Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Senin (3/10/2022).

Paloh turut mengungkapkan alasannya memilih Anies sebagai capres 2024. “Kenapa Anies Baswedan? Jawabannya: Why not the best?” kata dia.

Anies yang hadir dalam deklarasi itu menyatakan menerima tawaran Partai Nasdem dan Surya Paloh.

“Kami siap calon presiden. Dengan mohon rida Allah dan seluruh kerendahan hati, kami terima demi bangsa Indonesia,” ujar Anies

Anies menyatakan dirinya menerima ajakan Nasdem setelah mendengar pikiran yang disampaikan oleh Paloh perihal bangsa Indonesia.

Dia mengaku diajak Paloh untuk memperbaiki permasalahan Indonesia sekaligus meneruskan apa-apa saja yang belum dikerjakan.

“Dengan mohon doa semua, dengan berharap rida petunjuk, insya Allah perjalanan panjang ini tidak jadi perjalanan berat, tapi jadi perjalanan ringan, penuh kemudahan. Tuhan yang berikan siapa yang dia kehendaki, dan ialah yang memiliki kuasa,” kata dia.

(Penulis : Adhyasta Dirgantara | Editor : Icha Rastika)

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website kompas.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News