IDXChannel – Sejarah dan profil ADRO menarik untuk dicermati karena saham pertambangan yang satu ini tak pernah absen dari indeks saham paling likuid di BEI yakni LQ45.

ADRO merupakan kode saham milik PT Adaro Energy yang merupakan salah satu perusahaan tambang terpadu dan terbesar yang ada di Indonesia. Tak hanya unggul dalam pertambangan, ADRO juga dikenal sebagai produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia. Harga batu bara yang masih tetap tinggi di kuartal II-2022 juga dinilai membuat kinerja salah satu saham blue chip tersebut semakin moncer tahun ini.

Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui sejarah dan profil ADRO berikut ini agar bisa menjadi referensi dalam berinvestasi.

Sejarah dan Profil ADRO

PT Adaro Energy Indonesia Tbk yang sebelumnya bernama Adaro Energy Tbk  dengan kode saham ADRO merupakan perusahaan yang telah berdiri sejak 28 Juli 2004. Pada awal berdirinya, ADRO didirikan dengan nama PT Padang Karunia. Perusahaan ini mulai beroperasi secara komersial sejak Juli 2005.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Adaro Energy Indonesia bergerak di ruang lingkup usaha di bidang aktivitas kantor pusat dan konsultasi manajemen untuk kegiatan usaha entitas anak perusahaan.

Pada awalnya, Adaro Energy sudah dimulai sejak 1970-an ketika terjadi guncangan minyak dunia. Kondisi ini turut memengaruhi kebijakan energi pemerintah Indonesia yang sebelumnya masih fokus pada gas dan minyak. Pemerintah akhirnya mengikutsertakan batu bara sebagai bahan bakar alternatif untuk penggunaan dalam negeri.

Pemerintah kemudian membuat kebijakan yang berfokus pada pertambangan batu bara di wilayah Kalimantan Timur dan Selatan menjadi 8 blok batu bara dan membuka tender untuk blok-blok tersebut

Adaro Energy menandatangani perjanjian kerjasama dengan perusahaan pemerintah Spanyol bernama Enadimsa yang memasang tawaran untuk 8 blok batu bara di wilayah tersebut. Dalam perjanjian tersebut, Enadimsa bisa melakukan eksplorasi di area perjanjian dalam rentang waktu 1983-1989. Kemudian, perjanjian diikuti dengan konsorsium yang terdiri dari perusahaan Australia dan Indonesia yang membeli 80% kepemilikan saham Adaro Energy dari Enadimsa.

Selanjutnya, pada 1990-an, Adaro Energy melaksanakan studi kelayakan untuk meletakkan dasar pembangunan proyek, dengan pengumpulan dana. Pembukaan resmi tambang Paringin kemudian dilaksanakan pada bulan Agustus 1991. Dari proses tersebut, tambang Adaro Energy kemudian menjadi tambang tunggal terbesar yang terus mengalami pertumbuhan produksi yang signifikan.

Seiring dengan perkembangannya, Adaro Energy Indonesia memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dalam di sektor pertambangan, perdagangan, dan logistik batu bara, jasa kontraktor penambangan, infrastruktur, serta kegiatan pembangkit tenaga listrik (PLTB).

Setiap anak perusahaan dari Adaro Energy beroperasi secara independen dengan keuntungan yang terintegrasi. Hal ini dilakukan untuk membuat Adaro Energy menjadi produsen dan rantai suplai batu bara yang bisa diandalkan.

Melalui anak perusahaannya, Adaro Energy Indonesia juga diketahui mengoperasikan sebuah konsesi di Kalimantan Selatan yang menjadi lokasi pertambangan utama Adaro Energy.

Tak hanya itu, Adaro Energy juga tercatat memiliki aset-aset pertambangan di Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Adapun batu bara yang diproduksi di tambang-tambang tersebut sebagian besar disuplai ke pembangkit-pembangkit tenaga listrik kelas tinggi baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.


Artikel ini bersumber dari www.idxchannel.com.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News