BANYAK kasus kriminal dan kekerasan seks yang dilakukan pria berusia 40–50 tahun, dimungkinkan terkait kondisi andropause. Andropause adalah kondisi makin rendahnya kadar hormon laki-laki (hormon testosteron) yang dialami pria pada usia rata-rata sekitar 45 tahun. Penurunan kadar hormon testosteron tersebut biasa mengganggu kondisi fisik dan psikologisnya.

Kasus-Kasus

Ada kasus Kopda M di Semarang yang menyewa lima pembunuh bayaran. Terjadi penembakan pada istrinya pada 18 Juli 2022. Diakhiri dengan meninggalnya Kopda M dengan cara bunuh diri pada 28 Juli 2022. Pada kasus itu ada kaitan dengan perselingkuhan. Selingkuhan tak mau diajak melarikan diri setelah upaya pembunuhan terjadi.

Ada pula kasus Kolonel P, yang setelah menabrak dua remaja sejoli pada 8 Desember 2021 di Nagrek, Jawa Barat, kemudian membuang korban ke Sungai Serayu. Pada sisi lain kasus tersebut, diulas juga adanya perselingkuhan Kolonel P dengan seorang wanita.

Saat ini ada kasus yang sedang hangat, yakni Irjen FS (49 tahun). Mungkinkah ada kaitannya dengan kondisi andropause atau adakah kaitan dengan wanita idaman lain (WIL)? Belum tahu, sedang dalam penyelidikan.

Andropause

Penurunan kadar hormon testosteron dalam darah sampai pada level yang mengganggu (kurang dari 320 ng/dL) bisa terjadi pada pria berusia rata-rata 45 tahun. Jika kadar hormon tersebut makin rendah, akan menyebabkan penurunan (gangguan) fungsi fisik dan psikologis. Secara fisik, mudah terjadi kegemukan di perut, rentan menderita penyakit diabetes melitus ataupun jantung koroner, dan penurunan kemampuan seks.

Secara psikologis, pria andropause akan mudah mengalami mood yang kurang baik (bad mood). Kondisi itu sering dikaitkan dalam istilah awam ’puber kedua’. Walaupun istilah puber kedua mestinya tidak ada. Puber kedua karena kemampuan seks yang menurun kemudian mencari WIL banyak terjadi.

Kondisi andropause, yang memang semestinya semua pria suatu saat akan mengalami itu, jika tidak dikelola secara benar akan berpotensi menimbulkan masalah. Ada solusi untuk mengelola andropause ini. Penatalaksanaan yang holistis (biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual) akan mampu memberikan solusi yang baik untuk hidup berkualitas, tidak terjerumus pada masalah yang runyam.

Penurunan kadar hormon testosteron terjadi selain karena faktor umur, bisa juga karena adanya kesalahan pola makan dan pola hidup. Porsi makan yang kelebihan akan menyebabkan kelebihan berat badan (obesitas). Selanjutnya, lemak dalam tubuh menghasilkan hormon wanita (estrogen). Kondisi itu akan memperparah terjadinya penurunan kadar hormon testosteron.

Stres yang tidak dikelola dengan baik akan meningkatkan hormon stres (katekolamin, prolaktin). Selanjutnya, kondisi tersebut akan menghambat produksi hormon testosteron. Setiap orang perlu melakukan manajemen stres secara baik. Stres jangan dipendam. Diskusikan untuk mencari solusi dari masalah yang ada, tidak cukup hanya dialihkan atau dilupakan.

Banyaknya bahan pengganggu hormon (endocrine disruptor) yang terpapar dalam kehidupan kita akan menambah jeleknya fungsi hormon. Beberapa bahan pengganggu hormon tersebut antara lain penggunaan pestisida bidang pertanian yang kian masif. Penggunaan plastik untuk pembungkus makanan/minuman panas akan menghasilkan metoksietanol yang toksik, yang juga merusak fungsi hati dan ginjal.

Faktor sosial dan spiritual, dukungan pasangan, dan komitmen spiritual tetap merupakan faktor yang penting untuk mencapai hidup yang berkualitas. Hanya, kalau sudah urusan cinta dan seks, sering kali menjadi irasional.

Pria pada rata-rata usia sekitar 45 tahun secara karier umumnya pada posisi dan jenjang karier yang baik. Pada sisi lain, dengan sudah relatif lamanya usia pernikahan, potensial adanya kejenuhan dengan pasangan jika kondisinya dalam keluarga tidak kondusif.

Pria yang bekerja di institusi dengan sistem jenjang karier yang baik, pada umur tersebut, umumnya memiliki banyak anak buah, sangat dihormati, dan bahkan banyak anak buah yang cantik dan lebih muda daripada istrinya di rumah. Institusi dengan otoritas terkait perbedaan jenjang (misalnya di militer) potensial untuk disalahgunakan atas nama otoritas tersebut.

Solusi IPE

Integritas, profesionalisme, dan entrepreneurship (IPE) bisa menjadi konsep solusi yang baik untuk menjalani masa andropause yang berkualitas. Integritas berarti dipercaya dan dihormati. Kepercayaan dari keluarga serta hormat dari rekan kerja harus digunakan secara benar dan proporsional. Penggunaan otoritas jika tidak dilakukan secara benar akan berdampak merugikan. Fungsi sebagai atasan yang dilakukan sesuai porsi dalam lingkup hubungan kerja untuk mampu membangun kinerja yang optimal sesuai tujuan organisasi.

Profesionalisme berarti unggul dan dapat diandalkan. Dampak penurunan fungsi fisik dan psikologis harus mampu dikelola dengan baik. Olahraga untuk menjaga kebugaran fisik, mengupayakan tidak terjadi kegemukan di perut (visceral obesity), checkup laboratorium secara berkala, manajemen stres, konsumsi vitamin dan antioksidan, serta penambahan hormon testosteron. Penambahan hormon testosteron karena kadar hormon yang kurang (setelah periksa laboratorium), untuk ditambah sehingga kadar hormon menjadi pada level yang baik (dalam range normal), akan memberi manfaat yang baik.

Entrepreneurship berarti inovatif dan berkelanjutan. Pasangan suami istri yang mampu menjalani pernikahan dengan langgeng untuk jangka lama memerlukan inovasi berkelanjutan. Perbaikan dalam cara berkomunikasi, saling menghargai, mau menerima kekurangan dan ketidaknyamanan (tolerating discomfort), semangat untuk menjaga kualitas pernikahan tetap baik (rebound capacity), serta tepa salira (tenggang rasa) antara suami dan istri.

Semua orang pada suatu saat mengalami proses penuaan (aging process). Pasangan suami istri mengalami pasang surut dalam kualitas hubungan dan keharmonisan. Solusi yang berkualitas akan bisa dicapai dengan komunikasi dan optimisme bersama.

Perlu ada komunikasi seksual dan nonseksual antara suami-istri. Bahkan, jika memerlukan bantuan untuk mengatasi masalah, jangan segan untuk minta bantuan pihak/bidang lain, misalnya psikolog atau dokter. Selalu ada solusi. (*)


*) HUDI WINARSO, Ketua Kolegium Andrologi Indonesia, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News