SAN FRANCISCO, investor.id – Puncak pandemi Covid-19 sempat membuat permainan video game menjadi hiburan bagi orang-orang yang terjebak dalam isolasi. Namun saat ini, kehidupan masyarakat secara perlahan mulai kembali normal, dan inflasi melonjak sehingga perusahaan-perusahan pembuat game merasa terjepit.

Menurut laporan, para produsen game konsol, aksesoris dan perangkat lunak mengalami dampak serupa pasca-pandemi, seperti yang dialami raksasa perusahaan-perusahaan teknologi yang telah melihat bisnis kembali booming. Sedangkan, suasana ketakutan akan penyebaran Covid-19 membuat orang-orang memilih tetap di rumah.

Tekanan tersebut diperburuk oleh inflasi tajam yang memicu pengetatan ikat pinggang, dan kondisi lelah bermain game karena bertahun-tahun mengandalkan hiburan dalam ruangan – semasa diberlakukannya karantina atau lockdown.

 Benua Integrasi Global Gelar Soft Launching Video Game Bertema Metaverse Bridge In Gain

“Di awal pandemi, orang-orang berbondong-bondong ke streaming ‘Twitch’ – baik streamer maupun penonton. Tapi saya sudah berbicara dengan beberapa orang yang berhenti streaming karena kelelahan atau karena (permainan) itu bukan untuk mereka. Atau, tidak punya waktu lagi sejak mereka kembali bekerja,” ujar Brandon Williams (30 tahun), yang menggunakan nama “Bwpaco” di platform milik Amazon tempat para gamer menyiarkan aksi video game, yang dilansir AFP pada Minggu (14/8).

Berdasarkan twitchtracker.com, jumlah penonton “Twitch” sempat melonjak selama pandemi, walau jumlahnya telah berkurang tetap masih di atas jumlah yang tercatat pada 2019. Sebagai informasi, “Twitch” adalah layanan streaming langsung video Amerika yang berfokus pada streaming langsung video game.

Video Game yang Masih Dimainkan

Matt Piscatella, seorang analis di kelompok riset pasar NPD, memperkirakan penduduk di Amerika Serikat (AS) akan menghabiskan anggaran sekitar US$ 55,5 miliar untuk bermain game secara total di tahun ini. Meskipun angkan di bawah dari tahun lalu tetapi masih menunjukkan kenaikan 28% dari tahun pra-pandemi 2019.

Bahkan raksasa produsen video game AS Activision Blizzard – yang sedang dalam proses pembelian oleh Microsoft – melaporkan angka penjualan di semester pertama tahun ini menurun karena para gamer menghabiskan lebih sedikit waktu di waralaba permainan “Call of Duty”.

Sedangkan Nvidia, produsen kartu grafis berperforma tinggi yang berbasis di California dan populer di kalangan gamer, baru-baru ini mengeluarkan peringatan pendapatan menyusul penurunan pendapatan dalam video game.

 Unreal Engine Hadirkan Keajaiban Video Game di Layar Lebar

Para analis juga mengungkapkan, pengeluaran untuk mobile game menunjukkan tanda-tanda melemah.

“Harga yang lebih tinggi dalam kategori pengeluaran sehari-hari, seperti makanan dan gas, kembalinya pengeluaran berdasarkan pengalaman seperti perjalanan dan menghadiri acara langsung, daftar rilis game baru yang lebih ringan serta kendala pasokan perangkat keras konsol generasi baru yang berkelanjutan, semuanya kemungkinan menjadi kontributor penurunan yang terlihat di Kuartal II-2022,” kata Piscatella.

Ditambahkan oleh Analis Omdia, Steven Bailey bahwa penundaan rilis judul-judul permainan yang sangat dinanti-nantikan seperti “Starfield” dan “Suicide Squad” turut berkontribusi pada koreksi booming pandemi yang tak terelakkan.

Ada pun dampak dari judul-judul baru yang diberikan ke penjualan video game adalah peristiwa tak terduga yang kemungkinan besar bakal menguntungkan industri ke depan, karena para pemain biasanya berduyun-duyun untuk mendapatkan rilis permainan terbaru.

 Epic Games Menghadirkan Keajaiban Video Game di Layar Lebar

Piscatella sendiri berharap pasar video game akan stabil di tahun depan dan kemudian kembali ke pertumbuhan yang stabil.

“Meningkatnya biaya hidup dari inflasi memaksa para gamer untuk membuat pilihan dengan uang yang mereka punya, tetapi itu tidak berarti mereka meninggalkan permainan. Lebih dari tiga perempat konsumen AS bermain video game dan layanan berlangganan, seperti Xbox Game Pass dan PlayStation Plus telah membantu menekan biaya yang dikeluarkan,” demikian penjelasan Piscatella.

Sebagai informasi, efek pandemi terhadap permainan video game telah melampaui ranah ekonomi dan memunculkan tren bahwa para pemain mencari permainan yang nyaman, yang menekankan pada kerja sama dibandingkan kompetisi.

 Belanja Video Game di AS Turun Tahun Lalu

Semisal, booming permainan Nintendo “Animal Crossing” yang ditujukan membangun komunitas adalah contoh dari fenomena itu. Yang mana, inti dari permainan itu adalah para pemain bersatu untuk mempertahankan kota-kota virtual.

Menurut streamer BWpaco, penonton mendengarkan saluran “Twitch” karena mungkin mereka mengira sebagai siaran radio, sementara perhatian mereka ada di tempat lain.

“Mereka hanya mengintai. Saya merasa sekarang segalanya telah terbuka kembali, dan orang-orang lebih sibuk, mereka menyalakan (saluran)nya sebagai kebisingan latar belakang,” tambahnya.

Editor : Happy Amanda Amalia ([email protected])


Sumber : news.google.com.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News