Meskipun baru berusia 18 tahun, bintang muda Ajo Motorsport Pedro Acosta adalah pengagum Kevin Schwantz, juara dunia kelas 500cc (berganti menjadi MotoGP sejak 2002) 1993.

Padahal, Acosta lahir 11 tahun setelah mantan pembalap asal Texas, Amerika Serikat, itu merebut gelar bersama Tim Lucky Strike Suzuki.

“Saat kecil, saya sering menyaksikan lomba MotoGP di Spanyol lewat TV. Kadang, stasiun TV juga menayangkan beberapa balapan lawas,” tutur Acosta seperti dikutip Speedweek.com.

“Pada akhirnya, ini soal siapa pembalap yang Anda lihat saat bertumbuh kembang. Sebagai contoh, saya lebih mengingat Casey Stoner daripada Marc Marquez. Pasalnya, saat Marquez memulai karier di MotoGP (2013), saya sudah membalap.

“Sementara untuk pembalap seperti Stoner, Dani Pedrosa, dan Jorge Lorenzo, saya masih duduk di rumah menonton balap dari TV.

“Mungkin karena itulah saya tidak begitu mengidolakan para pembalap MotoGP saat ini, atau menjadikan mereka contoh (panutan) yang akan saya ikuti.”

Pedro Acosta, Red Bull KTM Ajo

Foto oleh: Gambar Emas dan Angsa / Motorsport

Pun begitu, Acosta menyebut satu nama di padang rumput MotoGP yang membuatnya kagum. Uniknya, ia bukanlah pembalap yang masuk kategori top di kelas premier, paling tidak untuk saat ini.

“Saya memang tidak benar-benar mengidolakan atau mencontohnya. Tetapi, saya senang melihat cara Remy Garder mengatasi situasi yang dihadapi,” kata Acosta tentang pembalap calon di MotoGP musim 2022 tersebut.

Gardner adalah pendahulu Acosta di Tim Red Bull KTM Ajo Moto2. Performa impresif yang berujung gelar juara dunia Moto2 2021, membuat Gardner ditarik ke MotoGP bersama tim satelit KTM, Tech3.

“Ia pernah menjadi juara dunia dan salah satu yang terbaik di kelasnya. Selain itu, tidak mudah untuk memenangi balapan di kelas ini (Moto2). Memang, ia kini kesulitan (di MotoGP). Tetapi, coba Anda lihat cara ia mengatasinya.”

Putra juara dunia kelas 500cc 1987 Wayne Gardner tersebut memang mengalami kesulitan di paruh pertama musim perdananya di kelas MotoGP.

Dari 11 balapan pada paruh pertama, pembalap berusia 24 tahun tersebut hanya mamu merebut sembilan poin. Di antara pembalap reguler kelas MotoGP (total 24), Gardner hanya unggul (4 poin, tepatnya) atas rekan setimnya di Tech3 KTM Factory Racing, Raul Fernandez.

Baca Juga:

Di sisi lain, Pedro Acosta juga masih belum menemukan ritme bagus pada musim pertamanya di Moto2. Dari 11 balapan, ia baru dua kali naik podium, termasuk satu kemenangan (GP Italia). Padahal, Acosta promosi setelah tahun lalu merebut gelar juara dunia Moto3.

“Saat berada di belakang atau berusaha merebut poin, itu bukan pekerejaan mudah. Sulit untuk membuat kinerja dan kondisi mental stabil,” ucap Mazarron Shark, julukan Pedro Acosta.

“Itulah mengapa saya kira Gardner orang yang tepat untuk dicontoh. Kami bersahabat sangat dekat dan ia sudah seperti kakak saya sendiri.

“Tidak mudah menemukan orang yang mau memberikan masukan maupun nasihat untuk Anda karena kami di sini saling bersaing. Teman yang baik dan bisa Anda ajak bicara di padang rumput atau makan siang bersama, akan sangat penting bagi pembalap seperti saya.”

Artikel ini bersumber dari id.motorsport.com.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News