customer.co.id – eraton Surakarta dan Yogyakarta biasanya selalu menggelar tradisi Sekaten saat momen Maulid atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selama ini, Sekaten identik dengan pasar malam di Alun-alun Keraton Surakarta dan Yogyakarta.

Namun, sejarah Sekaten ternyata bukan bermula dari gelaran pasar malam di Alun-alun tersebut.

Dikutip dari , Selasa (27/4/2021), Sekaten sudah dimulai sejak erak Kerajaan Demak.

Kerajaan Islam ini berdiri pada abad ke-15 Masehi. Saat itu, pihak Keraton Demak memainkan gamelan saat Maulid Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, penyelenggaraan Sekaten sekarang pun masih dilakukan dengan membunyikan Gamelan Sekaten di Masjid Agung Surakarta dan Yogyakarta.

, Selasa (13/11/2018) memberitakan bahwa Gamelan Sekaten ditabuh sebagai peringatan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa melalui media gamelan.

Adapun ketika masa Sunan Kalijaga (zaman Keraaan Demak), masyarakat saat itu sangat gemar mendengarkan alunan gamelan.

Namun, gamelan ditabuh di dalam masjid. Masyarakat saat itu yang ingin menyaksikan gamelan pun harus mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam sebagai semacam tiketnya. Inilah asal mula nama sekaten dari kata Syahadatain.

Pasar malam Sekaten ternyata dari penjajah Belanda

Lalu, mengapa saat ini pasar malam identik dengan perayaan Sekaten saat Maulid Nabi Muhammad SAW?

Diberitakan , Kamis (3/10/2019), Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhamardawa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KPH Notonegoro mengatakan bahwa pasar malam sebenarnya bukan bagian dari Sekaten.

Ia menjelaskan bahwa Sekaten mulanya digunakan kerajaan Islam, mulai dari Demak, Pajang, hingga Mataram untuk syiar dan dakwah yang juga disisipkan pesan perjuangan melawan penjajah.

“Belanda itu yang mengadakan pasar malam untuk memecah perhatian rakyat supaya tidak terlalu ke sana (Sekaten),” ujar Notonegoro.

Oleh karena itu dilansir dari , Senin (5/9/2022), tahun 2022 ini pihak Keraton Yogyakarta tidak menggelar pasar malam Sekaten di Alun-alun.

Salah satu alasannya adalah untuk mengembalikan semangat awal Sekaten. Acara di Alun-alun Yogyakarta hanya untuk ritual Sekaten saja.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website kompas.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News