customer.co.id – Direktorat Promosi dan Kerjasama dan Unit Manajemen Pelabuhan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) mengadakan focus group discussion (FGD) bertema “Peningkatan Kunjungan Kapal Pesiar ke Sabang Free Trade zone (FTZ)” di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (26/10/2022).

Acara tersebut dihadiri oleh Wali Kota Sabang Reza Pahlevi, serta operator, agen kapal pesiar, dan pemangku kepentingan pariwisata. Diskusi ini digelar untuk meningkatkan jumlah kunjungan kapal pesiar (cruise) ke Sabang pascapandemi Covid-19.

Sebagai informasi, jumlah kunjungan cruise ke Sabang pada 2019 mencapai 11 kapal. Selanjutnya, sejak 2020, terdapat 19 unit cruise yang menjadwalkan kunjungan ke Sabang. Sayangnya, rencana ini ditunda karena pandemi Covid-19 merebak.

Selanjutnya, pada Desember 2022 dan 2023, terdapat empat dan delapan cruise yang direncanakan mengunjungi Pelabuhan Bebas Sabang.

“BPKS ingin menjadikan Sabang sebagai salah satu destinasi regular kunjungan cruise di Indonesia,” ujar Deputi Komersial dan Investasi BPKS Erwanto pada kesempatan tersebut.

Untuk mewujudkan hal itu, kata Erwanto, BPKS telah menyediakan beragam fasilitas pada wisatawan kapal pesiar. Misalnya, money changer, toko kerajinan tradisional, desk information, area parkir, serta port security.

Selain itu, ia juga memastikan wisatawan mendapat pengalaman yang menyenangkan. Saat sampai di Pelabuhan Bebas Sabang, misalnya, wisatawan akan disambut tarian selamat datang.

Selama berada di Sabang, wisatawan juga dapat mengikuti berbagai aktivitas seru dan mengunjungi tempat ikonik. Misalnya, berkunjung ke ujung barat kawasan Indonesia di Tugu Nol KM Indonesia.

Wisatawan juga dapat mempelajari ragam budaya serta belajar masak langsung dengan masyarakat di Desa Wisata Aneuk Laot, Desa Wisata Anoi Itam, dan Desa Wisata Jaboi.

Untuk pencinta wisata bahari, wisatawan dapat menikmati keindahan Pantai Ujong Kareung serta menyelam di Pulau Rubiah.

“Kami ingin memberikan paket lengkap untuk wisatawan yang berkunjung ke Sabang, mulai dari menikmati wisata bahari, budaya, hingga kuliner,” ujar Erwanto.

Meski demikian, Erwanto tak menampik bahwa BPKS membutuhkan masukan dari para pemangku kepentingan pariwisata. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan dan meningkatkan jumlah kunjungan cruise ke Sabang. Ia meyakini bahwa Sabang memiliki semua potensi yang dibutuhkan untuk menjadi kawasan prioritas kunjungan cruise.

Pada kesempatan sama, Reza Pahlevi mengatakan bahwa core business Sabang di sektor pariwisata berasal dari wisata bahari. Sementara itu, wisata budaya menjadi penunjang pariwisata di Sabang. Perpaduan wisata bahari dan budaya menjadi daya tarik, khususnya bagi wisatawan kapal pesiar.

“Sabang memiliki destinasi wisata yang tak kalah dengan cruise destination lainnya. Selanjutnya, dari segi regulasi, pelabuhan, serta operator, Sabang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. Akses ke Sabang juga tidak sulit karena dapat dijangkau dengan penerbangan dari Jakarta ke Aceh,” ujar Reza.

Selain itu, Sabang memiliki ekosistem pariwisata yang saling mendukung, mulai dari penyambutan wisatawan, akses transportasi, atraksi budaya, hingga panorama laut yang indah.

Oleh karena itu, Reza ingin menjadikan diskusi FGD tersebut sebagai momentum untuk meningkatkan kunjungan cruise ke Sabang pascapandemi Covid-19.

“Kami ingin mendengar masukan dari pada stakeholder untuk meningkatkan kualitas atraksi dan pelayanan pariwisata, termasuk operator yang mengelola dan memfasilitasi cruise masuk ke Indonesia. Rekomendasi dari FGD ini akan dijadikan referensi pengembangan kawasan pariwisata di Sabang,” tutur Reza.

Tren pariwisata kapal pesiar

Dalam kesempatan itu, Koordinator Produk dan Promosi Wisata Alam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Itok Parikesit berpendapat bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Sabang dan BPKS dapat bekerja sama dengan agen tur untuk membuat paket wisata atau atraksi baru yang berbeda dari sebelum pandemi Covid-19.

Pendapat itu ia kemukakan, mengingat, kunjungan terakhir wisatawan kapal pesiar ke Sabang adalah pada 2019.

“Dengan demikian, wisatawan yang berkunjung ke Sabang pascapandemi Covid-19 akan mendapatkan pengalaman baru dan berbeda dari sebelumnya,” ujar Itok.

Perwakilan agen pelayaran PT Bahari Eka Nusantara, Isti, turut menambahkan pandangannya mengenai dua jenis kapal pesiar yang sedang diminati oleh para wisatawan cruise, yakni kapal pesiar besar dan ekspedisi.

Kapal pesiar besar umumnya ditumpangi oleh wisatawan yang sudah berusia lanjut. Adapun tujuan wisata dari wisatawan kapal ini adalah mengunjungi tempat wisata yang masih otentik, seperti desa wisata yang kaya akan budaya, pemandangan laut yang masih alami, serta toko suvenir.

Sementara itu, kapal ekspedisi ukurannya lebih kecil ketimbang cruise. Kapal ini umumnya ditumpangi oleh wisatawan dengan usia yang relatif muda. Mereka lebih menyukai spot wisata yang lebih menantang, seperti watersport atau exercise.

“Perusahaan kami melihat, saat ini, kapal ekspedisi lebih banyak berlayar ketimbang kapal pesiar berukuran besar. Oleh karena itu, (kami berharap) BPKS dapat menyediakan fasilitas yang lengkap untuk wisatawan, baik untuk kapal pesiar besar maupun ekspedisi,” tutur Isti.

Tantangan pengembangan wisata di Sabang

Acara FGD turut membahas peluang sekaligus tantangan pengembangan wisata di Sabang. Salah satunya adalah pengembangan akses udara.

Reza Pahlevi menambahkan bahwa setelah pandemi Covid-19, pihaknya akan mengaktifkan kembali rute Bandar Udara (Bandara) Internasional Maimun Saleh ke Bandara Internasional Kualanamu di Medan, Sumatera Utara. Selanjutnya, pihaknya akan meningkatkan kualitas wisata atraksi yang dimiliki.

Reza menilai, Sabang memiliki potensi bahari yang besar sekaligus terletak di posisi strategis. Potensi wisata bawah laut di Sabang juga bernilai tinggi. Hal ini dapat menjadi brand image sekaligus produk yang dijual kepada wisatawan lokal serta mancanegara.

“Kami sedang menyusun konsep yang dibangun dari kekuatan, keunikan, diferensiasi, serta positioning yang dimiliki Sabang. Wisata bahari memang menjadi kekuatan kami,” ujar Reza.

Sementara itu, Erwanto menilai, salah satu tantangan yang jalan keluarnya sedang diupayakan BPKS adalah membuat wisatawan dapat bertahan lebih lama selama berada di kawasan ujung barat Indonesia itu.

Oleh karena itu, selain meningkatkan kualitas pariwisata, pihaknya juga akan meningkatkan fasilitas dan infrastruktur untuk meningkatkan kunjungan cruise ke Sabang.

Oleh karena itu, Erwanto mengajak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk terlibat langsung dalam pengembangan kepariwisataan di Sabang. Ia berharap, inisiatif BPKS, Pemkot Sabang, serta masyarakat, dapat mendorong BUMN terlibat dalam pengembangan kawasan ini.

“Pemerintah pusat mendukung upaya kami dengan memfasilitasi dan memberi jaminan. Hanya saja, kami ingin ada penegasan dari BUMN, khususnya yang bergerak di bidang pariwisata. Jika hanya mengandalkan investor, pengembangan pariwisata bergerak lambat. Namun, jika berkolaborasi dengan BUMN di berbagai sektor, pengembangan pariwisata menjadi lebih cepat,” papar Erwanto.

Direktur Promosi dan Kerjasama BPKS Maya Safira selaku inisiator kegiatan berharap, pihaknya dapat mengadakan pertemuan lanjutan dengan operator tur cruise yang ada di Indonesia setelah agenda FGD itu.

Ke depan, BPKS ingin mengikuti berbagai forum dan pameran guna memperluas promosi kawasan Sabang ke wisatawan luar negeri.

“Kami ingin mendorong promosi Sabang kepada para stakeholders utama kapal pesiar, baik di Indonesia maupun skala internasional, secara berkelanjutan,” ujar Maya.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News