Jakarta: Piala Dunia selalu menghadirkan cerita dalam setiap gelarannya. Mulai dari gol-gol indah, gocekan maut para pemain, keributan antar pemain, hingga momen-momen kontroversial atau skandal yang kerap terjadi di dalamnya.
 
Dalam sejarahnya, kita sudah pernah mendengar berbagai kontroversi yang mengiringi perhelatan Piala Dunia. Piala Dunia 2022 di Qatar yang rencananya digelar pada 20 November mendatang juga tak luput dari kontroversi.
 
Pada awal pengumuman Qatar sebagai tuan rumah, FIFA dituding menerima sogokan dari negara Timur Tengah tersebut. Yang terbaru, Qatar dituding melakukan praktik perbudakan dalam proses pembangunan stadion baru untuk Piala Dunia 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sebuah lembaga anti kekerasan Hak Asasi Manusia (HAM), Amnesty International menyebut, pekerja yang bekerja membangun stadion diperlakukan secara tidak layak. Mulai dari upah yang kecil dan kerap terlambat, hingga tempat tinggal yang tidak manusiawi.
 
Di luar dinamika yang terjadi jelang Piala Dunia 2022 di Qatar, pada artikel ini kita akan melihat kembali apa-apa saja kejadian kontroversial atau skandal yang pernah terjadi dalam sejarah Piala Dunia.
 
10 Skandal dan Kontroversi Terbesar dalam Sejarah Piala Dunia:

5. Tandukan Zinedine Zidane di Piala Dunia 2006

Zinedine Zidane memainkan peran utama dalam membantu Prancis lolos ke final Piala Dunia 2006. Sayangnya, penampilan impresif sang maestro justru berakhir dengan kontroversi menyusul kegagalannya meredam emosi usai diprovokasi bek Italia Marco Materazzi.
 
Laga Prancis vs Italia di final Piala Dunia 2006 berlangsung dengan tensi tinggi. Kedua tim bermain imbang 1-1 di waktu normal setelah gol pembuka Zidane dibalas Materazzi di babak pertama. Pertandingan pun berlanjut ke babak extra time (2×15 menit).
 
Pada menit ke-110, Zidane dan Materazzi terlibat dalam adu argumen yang memang normal terjadi. Zidane yang kemudian berjalan meninggalkan Materazzi, tiba-tiba balik badan dan menanduk dada dari bek Inter Milan tersebut. Zidane pun harus menerima kartu merah yang pada akhirnya membuat Prancis kalah adu penalti dari Italia.
 
Setelah pertandingan, akhirnya diketahui bahwa aksi yang dilakukan Zidane itu sebagai reaksi atas provokasi Materazzi yang melecehkan harkat dan martabat saudari perempuan Zidane.

4. Dugaan Match Fixing Argentina di Piala Dunia 1978

Piala Dunia 1978 di Argentina masih menggunakan format sama seperti Piala Dunia 1974 di mana babak grup digelar sebanyak dua kali dengan format round robin dimana semua tim (di satu grup) akan saling berhadapan untuk mengumpulkan poin terbanyak.
 
Fase grup pertama untuk menyaring delapan tim dari total 16 tim peserta. Delapan tim yang lolos kemudian dibagi dalam dua grup, di mana tim yang berada di posisi teratas masing-masing grup berhak lolos ke babak final. Sedangkan tim yang menempati posisi dua di masing-masing grup akan bertarung untuk memperebutkan posisi tiga.
 
Pada fase grup kedua ini, Argentina tergabung dengan Brasil, Polandia dan Peru. Argentina dan Brasil bersaing memperebutkan posisi teratas usai sama-sama mencatatkan satu kemenangan dan satu imbang. Pada pertandingan terakhir, Brasil yang tampil lebih dulu sukses mengalahkan Polandia 3-1.
 
Kemenangan Brasil sontak membuat Argentina dalam posisi tertekan. Selain wajib meraih kemenangan, Mario Kempes dkk juga dituntut mencetak gol dengan selisih empat gol atas Peru. Nah, disinilah dugaan praktik match fixing dilakukan Argentina, sehingga akhirnya mereka sukses meraih kemenangan besar 6-0 atas Peru.
 
Desas-desusnya, kedua negara telah sepakat untuk mencurangi pertandingan tersebut, entah apa bargainnya. Salah satu indikasinya, kiper Peru saat itu, yakni Ramon Quirgoa adalah pemain kelahiran Argentina.

Baca: 10 Skandal dan Kontroversi Terbesar dalam Sejarah Piala Dunia (Bagian – 1)

3. Konspirasi Jerman Barat dan Austria di Piala Dunia 1982

Piala Dunia 1982 juga menghadirkan momen kontroversial atau skandal yang mencoreng nilai-nilai fair play dalam sepak bola. Kali ini pelakunya adalah Jerman Barat dan Austria, sedangkan korbannya adalah Aljazair.
 
Jerman Barat mengawali kiprah mereka pada Piala Dunia 1982 di Spanyol ini dengan buruk. Pada laga pertama fase grup, mereka di luar dugaan takluk dari Aljazair. Hal tersebut kemudian berdampak pada peluang mereka lolos ke babak berikutnya.
 
Pada pertandingan terakhir, Jerman Barat harus berhadapan dengan Austria. Kedua tim tahu bahwa kemenangan 1-0 untuk Jerman Barat akan membuat mereka lolos dengan mengorbankan Aljazair.
 
Skema itu akhirnya terjadi di lapangan. Setelah Jerman Barat mencetak gol pada menit ke-10, pertandingan kedua tim berubah menjadi pertandingan yang paling membosankan yang pernah ditampilkan di Piala Dunia mana pun. Aljazair tidak bisa apa-apa selain menerima pil pahit, tersingkir lewat konspirasi.

2. Pool Party Timnas Belanda Jelang Final Piala Dunia 1974

Saking prestisiusnya trofi Piala Dunia, berbagai cara dilakukan sebuah negara untuk bisa menjadi juara. Hal ini dilakukan Jerman Barat pada Piala Dunia 1974 yang digelar di hadapan publiknya.
 
Jerman Barat dihadapkan pada lawan tangguh, yakni Belanda di babak final. Dalam perjalanannya menuju final, Belanda yang diperkuat Johan Neeskens dan Johan Cruyff tampil superior dengan mengalahkan lawan-lawan tangguh seperti Brasil, Argentina dan Jerman Timur di putaran kedua babak grup. Semakin mengerikan, selain menyapu bersih tiga laga dengan kemenangan, pasukan Der Oranje juga mencetak delapan gol dan sama sekali tidak kebobolan.
 
Hal ini membuat kubu Jerman bersiasat. Salah satu surat kabar terbesar Jerman, Bild, dilaporkan menyuap pihak keamanan hotel tempat para pemain Belanda menginap dan mengirim sejumlah gadis berpakaian minim ke area kolam.
 
Saat para wanita berbaur dengan pemain Belanda, paparazzi bermunculan dan sebuah skandal lahir. Akibatnya, para pemain Belanda menghabiskan berjam-jam ditelepon istri mereka dengan putus asa mencoba menjelaskan situasinya.
 
Entah benar atau tidak kabar tersebut, yang pasti pada pertandingan final keesokan harinya, Belanda harus mengakui keunggulan Jerman Barat dengan skor tipis 1-2.

1. Andres Escobar Ditembak Mati Usai Piala Dunia 1994

Skandal atau momen kontroversial yang paling tragis terjadi pada Piala Dunia 1994 Amerika Serikat, di mana seorang pemain harus meregang nyawa usai gagal memberikan hasil terbaik untuk negaranya.
 
Andres Escobar, itulah nama pemain yang mendunia usai Piala Dunia 1994. Kematiannya adalah ironi, karena Piala Dunia semestinya menjadi pesta perayaan untuk dunia sepak bola. Kalaupun ada kekalahan, seharusnya hanya menghadirkan kekecewaan sesaat yang niscaya itu hal yang wajar dan pasti terjadi dalam sepak bola.
 
Escobar datang ke Amerika Serikat sebagai kapten tim Kolombia di Piala Dunia 1994. Publik Kolombia sangat antusias mendukung tim kesayangannya lantaran Kolombia tampil apik selama babak kualifikasi. Dari enam laga, mereka lolos dengan rekor tidak terkalahkan di babak kualifikasi. Dari empat kemenangan dan (2 imbang) yang mereka raih, salah satunya menang besar 5-0 atas Argentina.
 
Line up pemain Kolombia kala itu juga bisa dibilang cukup tangguh. Selain Escobar, Kolombia diperkuat sejumlah pemain bintang di masa itu yakni Fausto Asprilla yang sukses membawa Parma meraih trofi UEFA CUP dan European Super Cup, dan kiper eksentrik, Carlos Valderrama.
 
Sayangnya, Escobar dkk gagal memenuhi ekspektasi publik di turnamen sebenarnya. Di pertandingan pertama, Kolombia kalah 1-3 dari Rumania. Hasil ini membuat Kolombia mau tidak mau harus tampil habis-habisan dan mendapatkan poin penuh saat melawan tuan rumah Amerika Serikat di pertandingan kedua.
 
Sial bagi Escobar, bukannya jadi tembok kokoh yang sulit ditembus pemain AS, ia justru “membantu” tuan rumah dengan mencetak gol bunuh diri saat coba memotong sebuah umpan silang di kotak penalti. Kolombia kalah 1-2 di laga itu dan dipastikan tersingkir usai jadi juru kunci.
 
Kegagalan ini rupanya tidak bisa diterima beberapa oknum pendukung Kolombia, terutama gol bunuh diri Escobar yang memiliki andil dalam tersingkirnya Kolombia dari Piala Dunia 1994. Tragisnya, enam hari setelah Kolombia tersingkir, tepatnya pada 2 Juli 1994, Escobar meninggal dunia. Escobar tewas dengan enam peluru bersarang di dadanya.
 
Menurut laporan saksi mata, di malam sebelum Escobar ditemukan tewas, bek  Kolombia itu terlihat bersama teman-temannya minum-minum di sebuah bar di Kota Medelin. Namun, saat ingin kembali ke mobilnya, Escobar dihampiri sekelompok orang yang kemudian memberondongnya dengan tembakan sembari berteriak “Goool”.
 
Penembakan itu diyakini sebagai pembalasan atas gol bunuh diri Escobar di Piala Dunia 1994. Dalam cerita yang berkembang di Kolombia, kematian Escobar melibatkan judi antara bos kartel narkoba, meski hingga kini belum bisa dibuktikan meski sudah ada tersangka yang ditahan.
 

(ASM)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News