customer.co.id – Dunia yang kacau balau menjadi kabar buruk bagi nilai tukar rupiah. Mata uang Garudan tersebut kini berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

“Indonesia alami depresiasi rupiah 6%,” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers, Selasa (11/10/2022)

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,1% ke Rp 15.325/US$. Sayangnya, rupiah melanjutkan koreksinya lebih dalam sebanyak 0,33% ke Rp 15.360/US$ pada pukul 11:00 WIB. Posisi tersebut menjadi yang terendah sejak 23 April 2020.

Terkoreksinya Mata Uang Garuda dipicu oleh penguatan indeks dolar AS di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya kembali menguat 0,18% ke posisi 113,34. Kini, indeks dolar AS berada kian dekat dengan rekork tertinggi dua dekadenya di 114,7.

Meski demikian, Airlangga menuturkan pelemahan rupiah tidaklah yang terburuk dibandingkan banyak negara lain. Sebut saja Thailand, Malaysia, Kanada, Swiss hingga Nepal.

“Termasuk Inggris, sehingga relatif Indonesia lebih moderat dibandingkan negara lain,” jelasnya.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News