customer.co.id – Biaya penyusutan merupakan salah satu biaya yang akan dialami setiap perusahaan atau menjadi biaya yang tak terhindarkan. Setiap perusahaan tentunya akan mengalami biaya penyusutan, terutama bila perusahaan memiliki banyak aset yang diperlukan untuk kelancaran bisnis.

Ingin mengetahui bagaimana cara menghitung biaya penyusutan? Berikut penjelasannya!

Biaya penyusutan atau depresiasi adalah penurunan nilai aset perusahaan secara bertahap. Depresiasi/penyusutan bukanlah penilaian aktiva tetap, melainkan proses pengalokasian harga perolehan.

Alokasi dilakukan sepanjang umur agar manfaat yang berupa periode waktu atau jumlah produksi/unit yang diharapkan akan diperoleh dari aktiva tetap tersebut.

Mengutip staffnew.uny.ac.id, ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusutan, yaitu:

Faktor pertama adalah harga perolehan. Dalam suatu aktiva, harga perolehan meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan untuk dapat digunakan.

Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat suatu aktiva tidak digunakan lagi.

Aktiva tetap memiliki masa manfaat yang terbatas. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya kecacatan, kemerosotan nilai, dan kerusakan (kecuali tanah).

Ada empat cara atau metode yang dapat digunakan untuk menghitung biaya penyusutan. Berikut adalah penjelasannya menurut Universitas Negeri Yogyakarta:

Metode garis lurus berarti nilai penyusutan dibebankan secara merata selama estimasi umur aktiva.

Rumus: Harga Perolehan – Taksiran Nilai Residu————————————————-Estimasi Umur Manfaat

Contoh:Harga perolehan Mesin (rupiah) : Rp 20.000Taksiran nilai sisa (nilai residu) : 0Taksiran umur manfaat (tahun) : 5Tanggal pemakaian 1 Januari 2022

Maka, besarnya penyusutan per tahun:20.000 – 0————– = 4.000 per tahun5 thn

Metode selanjutnya adalah metode unit produksi, yaitu metode yang menghasilkan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut jumlah penggunaan aktiva.

Rumus: Harga Perolehan – Taksiran Nilai Sisa————————————————-Estimasi Jam Mesin

Contoh:Harga perolehan Mesin (rupiah) : Rp 20.000Taksiran nilai sisa (nilai residu) : 0Estimasi jam mesin (jam) : 10.000

Maka, besarnya penyusutan per unit satu jam mesin:Besarnya penyusutan = 20.000 – 0———- = Rp 2 (penyusutan per jam mesin)10.000 jam

Bila di tahun pertama telah digunakan sebanyak 3.000 jam, besar penyusutannya adalah:Besar penyusutan di tahun pertama = 3.000 jam x Rp 2 = 6.000

Dalam metode ini, beban penyusutan periodik semakin menurun sepanjang umur estimasi aktiva dan nilai residu (nilai sisa) tidak diperhitungkan. Persentase yang digunakan adalah perkalian atas tingkat garis lurus yang dikalkulasikan untuk berbagai masa manfaat sebagai berikut:

—————————————————-

Penjelasan:Untuk estimasi masa manfaat selama 4 tahun:Tarif garis lurusnya = (1/4) x 100% = 25%Jika memakai 1,5 kali tarif garis lurus = 25% x 1,5 = 37.5%Jika memakai 2 kali tarif garis lurus = 25% x 2 = 50%

Prinsip akuntansi yang dipakai untuk metode saldo menurun adalah saldo menurun berganda sama dengan memakai 2 kali tarif garis lurus.

Contoh:Harga perolehan Mesin (rupiah) : Rp 20.000Taksiran nilai sisa (nilai residu): 0Taksiran umur manfaat (tahun) : 5Tanggal pemakaian 01 Januari 2022

Sebelum membuat tabel penyusutan, tarif perlu ditentukan terlebih dahulu dengan cara:

2 x Tarif Garis lurus = 2 x ((1/5) x 100%) = 2 x 20% = 40%

Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan periodik yang stabil menurun selama estimasi umur manfaat aktiva itu. Pecahan yang semakin kecil dan berturut-turut diterapkan setiap tahun pada harga pokok awal aktiva dan dikurangi estimasi nilai residu.

Dalam metode ini, Anda perlu menghitung jumlah penyebutnya dengan rumus:

S= N x (N + 1)——-2S = PenyebutN = Taksiran umur manfaat

Contoh:Harga perolehan Mesin (rupiah) : Rp 16.000Taksiran nilai sisa (nilai residu): 1.000Taksiran umur manfaat (tahun) : 5Tanggal pemakaian 01 Desember 2022

Sebelum menghitung beban penyusutan, hitunglah penyebutnya terlebih dahulu:S = 5 * ((5 + 1) / 2)S = 15

Bisa juga dengan cara lain, yaitu:S = 5 + 4 + 3 + 2 + 1S = 15

Mengutip media.neliti.com, semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah, akan menghadapi pengurangan kemampuan dalam memberikan jasa dengan berlalunya waktu. Haryono Jusup sendiri menggolongkan aktiva tetap menjadi empat kelompok, yaitu:

Tanah yang dimaksud dalam aktiva tetap seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.

Aktiva tetap perbaikan tanah dapat berupa jalanan di sekitar lokasi perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.

Aktiva tetap gedung yang dimaksudkan dapat berupa gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.

Contoh aktiva tetap peralatan adalah peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, kendaraan, dan mebel.

Itulah cara menghitung biaya penyusutan dalam bisnis. Biaya penyusutan sendiri adalah penurunan nilai aset perusahaan secara bertahap. Untuk menghitung biaya penyusutan, ada empat metode berbeda yang dapat digunakan, mulai dari metode garis lurus, unit produksi, saldo menurun, hingga jumlah angka tahun. Dari segala aktiva tetap, hanya tanah yang tidak mengalami penyusutan.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website detik.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News