customer.co.id – DOHA – Raksasa minyak Amerika Serikat (AS) ConocoPhillips setuju untuk mengambil saham besar lainnya dalam perluasan produksi gas alam Qatar, kata menteri energi negara Teluk itu.

Menteri Energi Qatar Saad Sherida al-Kaabi juga mengatakan pemerintah negara tersebut sedang berbicara dengan negara-negara Asia, pasar utama untuk gas Qatar, atas bagian dalam kampanyenya meningkatkan produksi tahunan sebesar 60% menjadi 126 juta ton per tahun pada 2027.

ConocoPhillips akan memiliki 6,25% saham di proyek North Field South Qatar, bagian dari cadangan gas alam terbukti terbesar di dunia, kata Kaabi pada upacara penandatanganan dengan ketua perusahaan AS itu Ryan Lance pada Minggu (30/10).

TotalEnergies Prancis dan Shell Inggris keduanya memiliki 9,37% saham di lapangan itu, sementara Qatar Energy milik negara memiliki 75% sisanya.

Sumber industri mengatakan perusahaan asing membayar total sekitar US$ 5 miliar untuk 25% saham gabungan di North Field South, yang akan menghasilkan sekitar 16 juta ton gas per tahun.

ConocoPhillips dan perusahaan Barat lainnya juga mengambil saham utama di North Field East tahun ini.

Kaabi mengatakan pada konferensi pers bahwa kesepakatan terbaru lebih memperkuat hubungan strategis yang menurutnya akan berlangsung panjang dan bermanfaat, dengan perusahaan AS itu.

“Tonggak sejarah lain dalam kehadiran bisnis perusahaan kami di Qatar,” kata Lance,

Terlepas dari kampanye Eropa untuk mengamankan pasokan gas baru, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan India adalah pasar utama bagi Qatar, yang terkunci dalam kesepakatan jangka panjang dengan negara-negara Asia.

Kaabi mengatakan negara-negara dapat mengambil partisipasi ekuitas kecil dalam ekspansi. “Diskusi itu masih berlangsung dengan beberapa pembeli Asia,” ungkapnya.

Baik Kaabi maupun Lance mengecam laporan bahwa pemerintah AS dapat membatasi ekspor minyak dan produk energi lainnya dalam upaya untuk menekan harga di Amerika.

Lance mengatakan bahwa membatasi apa yang masuk ke pasar global akan meningkatkan harga internasional dan AS. “Itu adalah kebijakan, atau pemikiran, yang memiliki dampak jangka pendek, tetapi jangka panjangnya tidak baik untuk Amerika Serikat,” katanya.

Kaabi, yang negaranya telah meraup keuntungan besar dari lonjakan harga internasional, mengatakan dinamika pasar harus mendikte harga dan volume.

“Setiap pembatasan, apakah itu Asia, Eropa atau Amerika, untuk mencoba memotong harga minyak dengan membatasi pasokan, bukanlah sesuatu yang akan membantu pasar dalam jangka panjang,” katanya dengan nada memperingatkan.

“Bagaimanapun, itu akan merusak perdagangan bebas,” lanjutnya.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News