Pamijahan: Terletak di area penyanggah Ibu Kota dan hanya berjarak tempuh 2,5 jam dari DKI Jakarta, masyarakat di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, masih menghadapi dua masalah utama terkait pertanian dan kesehatan.

Kali ini, Bayer yang memiliki program holistik ‘Bayer untuk Indonesia’ atau disingkat BISA, menyasar 8.000 ribu keluarga tani di Kecamatan Pamijahan. Ada empat desa yang masuk dalam target peningkatan kualitas kesehatan dan pertanian, di antaranya Ciasihan, Ciasmara, Gunungsari dan Purwabakti.

 

Tiga Target BISA

BISA merupakan bagian dari perwujudan dari visi Bayer yaitu, ‘Health for All, Hunger for None’. Progam ini telah berjalan sejak 2 tahun lalu hingga 2030 mendatang.

Secara global setidaknya ada 100 juta petani di seluruh dunia yang ditargetkan mendapat akses pengetahuan teknologi. Kemudian ada 100 juta orang di negara berkembang untuk mendapatkan akses pengetahuan terkait nutrisi, dan 100 juta perempuan untuk mendapatkan edukasi reproduksi perempuan.

Di Indonesia, Bayer menargetkan 4 juta petani lahan kecil, 1 juta masyarakat ekonomi rentan, dan 1 juta perempuan di perkotaan/pedesaan untuk ditingkatkan kesejahteraan dan kesehatannya.



President Director Bayer Indonesia, Kinshuk Kunwar. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

“Pada ranah pertanian, kami berupaya menghadirkan akses terhadap inovasi termutakhir, pengetahuan yang relevan, serta kemitraan, guna meningkatkan pendapatan petani,” ujar President Director Bayer Indonesia, Kinshuk Kunwar dalam peresmian program BISA yang berlangsung Jumat 12 Agustus di Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat

“Sementara, pada ranah kesehatan, Bayer memberikan pelatihan kesehatan mandiri, akses terhadap alat kontrasepsi, hingga edukasi penanggulangan stunting. Bersama-sama para mitra dan dukungan dari pemerintah, kami optimistis mampu berkontribusi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan petani Indonesia,” terangnya.

 

Dampak program

Sejauh ini, BISA telah sukses menjangkau 800.000 keluarga petani di 15 provinsi Indonesia. Dampaknya, produktivitas pertanian dari penerima manfaat rata-rata meningkat hingga 20 persen, bahkan menaikkan pendapatan hingga 30 persen.

Berbicara tentang produktivitas pertanian yang meningkat, tentu tak bisa lepas dari ekosistem tani yang kuat. Selama 2 tahun penyelenggaraan, 477 Better Life Farming Center (BFLC) atau kios cerdas pertanian telah berhasil dikembangkan, dan 100 pengusaha perempuan tani telah mendapatkan pelatihan kewirausahaan.



Selain pertanian, fokus Bayer lainnya adalah tentang kesehatan, terutama masalah stunting. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

Bayer juga telah melatih 100 tenaga kesehatan profesional dengan metode training of trainer sehingga edukasi yang diberikan dapat diteruskan kepada lebih banyak kader kesehatan di area penerima manfaat. Keseriusan dalam meningkatkan kapasitas kesehatan perempuan, diwujudkan dengan memberikan edukasi dan pelatihan terkait kesehatan perempuan serta pencegahan stunting, dan telah menjangkau 32.146 perempuan.

 

Mengapa Pamijahan?

Sementara untuk di Kecamatan Pamijahan sendiri, program BISA menargetkan untuk memberikan manfaat kepada 8.000 petani dan keluarga tani. Di antaranya meliputi pendampingan kepada 2.000 petani lahan kecil dan 1.000 petani dan keluarga tani perempuan, edukasi kepada 10 bidan yang selanjutnya akan melatih 220 kader kesehatan dari 43 Posyandu, serta pengembangan 3 BLFC.



Berbatasan langsung dengan Kawasan Taman Nasional Halimun Salak, Desa Ciasihan punya topografi yang terbatas untuk bertani. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

Better Life Farming Center merupakan bagian dari ekosistem pendukung pertanian yang Bayer bangun untuk memudahkan petani setempat dalam mengakses teknologi pertanian, serta menjamin keterlibatan mereka dalam mata rantai nilai pertanian.

Desa Ciasihan, contohnya, petani setempat tengah berhadapan dengan produktivitas yang tidak optimal, lantaran keterbatasan lahan dan penggunaan metode pertanian yang masih tradisional.

Sementara, pada bidang kesehatan, masyarakat Desa Ciasihan juga mengalami situasi yang tak kalah menantang. Dari tingkat kesertaan KB yang rendah, sampai prevalensi stunting yang masih di atas 10%. Bahkan, fasilitas kesehatan yang tersedia pun sulit dijangkau sehingga berakibat banyak masyarakat yang mencari pengobatan alternatif, seperti ke dukun.



Warga Desa Ciasihan membutuhkan pendampingan dan edukasi gizi. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

Pendampingan kesehatan yang dihadirkan antara lain perawatan kesehatan mandiri, edukasi kesehatan perempuan dan pembagian alat kontrasepsi, serta edukasi gizi kepada perempuan dan ibu hamil guna mengurangi beban pengobatan di pusat kesehatan dan menanggulangi stunting.

 

Jangan ditinggal sebelum selesai

Program BISA di Pamijahan sendiri telah resmi dilaksanakan pada Jumat 12 Agustus kemarin. Sejauh ini, Bayer dan para mitra telah melakukan beberapa survei dan mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh keempat desa di Pamijahan ini.

Kendati baru memulai kick off-nya, ada beberapa dampak yang dirasakan oleh masyarakat Desa Ciasihan, yang memang daerah ini memiliki tekstur tanah yang menurun, dan juga berbatasan langsung dengan Taman Nasional Halimun Salak.

“Kami menyambut baik inisiatif BISA dari Bayer, yang memberikan solusi menyeluruh bagi situasi yang kami hadapi. Dengan adanya program ini, warga Desa Ciasihan kini memiliki akses dan juga bekal untuk mengembangkan usaha pertanian sekaligus meningkatkan kualitas kesehatan mereka,” ungkap Kepala Desa Ciasihan, Lilih N.



Beberapa pelatihan diberikan Bayer kepada para petani di Desa Ciasihan. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

“Kami berharap inisiatif ini bisa terus dilakukan sehingga hasil yang dirasa bisa lebih optimal dan berdampak pada kesejahteraan dan kesehatan masyarakat desa,” sambungnya.

Sementara itu, salah satu warga, Pak Marta, juga merasakan dampak yang signifikan dengan hadirnya terobosan Bayer ini. Ia mengatakan kepada Medcom.id kalau keuntungan usaha bertaninya telah mengalami kenaikan, sejak hadirnya pengetahuan dan pendampingan dari program BISA ini.

Untuk menyukseskan program ini, Bayer bermitra dengan Mercy Corps Indonesia sebagai mitra pelaksana, serta mendapat dukungan penuh dari perangkat desa setempat.



Teknologi dilakukan untuk mengatasi masalah dan hambatan di bidang pertanian. (Foto: A. Firdaus/Medcom.id)

“Setelah berjalan selama lebih dari 2 tahun, program pemberdayaan petani yang dilengkapi dengan intervensi di bidang kesehatan yang mumpuni, terbukti mampu memberikan dampak yang optimal dalam upaya membangun kemandirian desa,” ujar Direktur Eksekutif Mercy Corps Indonesia, Ade Soekadis.

“Kami percaya, melalui program kolaboratif seperti ini, bersama-sama kita dapat membantu pemerintah untuk membangun masyarakat dan Indonesia yang lebih kuat,” pungkasnya.
(FIR)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News