customer.co.idJakarta, CNBC Indonesia– Royal Dutch Shell saat ini menjadi salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia. Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa perusahaan yang terkenal dengan bahan bakar dan pelumasnya ini lahir dan besar dari Negeri Kincir Angin, Belanda.Padahal perusahaan ini bermula dari Indonesia, tepatnya Ketika masih dikuasai Belanda. Shell adalah perusahaan tua yang sudah berdiri di Hindia Belanda dan masih tetap eksis hingga saat ini.

Shell awalnya memang didirikan di Den Haag pada 1890 dengan nama Royal Dutch Shell plc. Namun, sejarah Shell di Indonesia justru dimulai sejak 1884 ketika warga negara Belanda, Aeilko Jans Zijlker, menemukan jejak minyak di Kabupaten Langkat,Sumatera Utara.

Aeilko Jans Zijklert merupakan seorang Eropa asal Jawa Timur yang memutuskan pindah ke Pantai Timur Sumatera. Dia bekerja di perkebunan tembakau setelah pemerintah Hindia Belanda membuka investasi perkebunan partikelir di Sumatera di tahun 1880, di mana pada masa itu pula Hindia Belanda tengah menerapkan tanam paksa.

Setelah berkeliling Sumatera, mandor perkebunan ini menemukan jejak cadangan minyak besar di Langkat, Sumatera Utara. Setelah diteliti, kandungan minyak itu mengandung 62% paraffin.

Ziljker pun mengebor sumur pertamanya dengan lisensi yang diperoleh dari penguasa setempat, Sultan Langkat, pada 1884. Namun, eksplorasi itu gagal karena sumur tersebut kering alias tak menghasilkan banyak minyak.

Setahun setelahnya, dia kembali mencoba peruntungannya. Kali ini dia menggali di daerah Telaga Said dekat desa bernama Pangkalan Brandan di Sumatera Utara.

Pada kesempatan kedua itu, nasib berpihak pada Ziljker. Dia berhasil menemukan minyak dari lokasi tersebut.Tak lama kemudian, sumur ini mulai berproduksi dalam jumlah komersial.

Pada 1890, setelah mendapatkan untung besar dari minyak, Zijlker merasa cukup percaya diri mendirikan perusahaan bernama Royal Dutch Company yang dicatatkan di Den Haag.

Ketika Zijklert meninggal pada 27 Desember 1890, rekannya De Gelder yang bersama-sama ikut mengerjakan pengeboran minyak menemukan sumur baru lainnya di Pangkalan Brandan.

Pengeboran pun langsung dilakukan dan dibangun juga fasilitas pengiriman minyak di Pangkalan Susu agar minyak bisa diekspor melalui laut.

Pada 1898, pemerintah Hindia Belanda juga telah menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan dan dermaga yang akan menjadi pelabuhan pengiriman minyak pertama di Pangkalan Susu.

Sementara itu di Kalimantan pada 1897, perusahaan lain, Shell Transport and Trading Company Ltd juga menemukan minyak di Kalimantan Timur dan pada tahun yang sama mendirikan kilang kecil di Balikpapan, yang mulai beroperasi pada 1899.

Kilang di Balikpapan ini yang kemudian menjadi salah satu cikal bakal Pertamina. Pada pergantian abad dari abad ke-19 ke abad ke-20, sumur minyak telah banyak ditemukan di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Timur, dan Kalimantan Timur.

Kilang-kilang minyak pun telah didirikan di setiap daerah kaya minyak itu. Tercatat, saat itu ada 18 perusahaan yang mengebor minyak di Indonesia.

Pada tahun-tahun awal abad ke-20, dari 18 perusahaan minyak itu, dua yang paling menonjol dalam skala produksi minyaknya adalah Royal Dutch dan Shell Transport.

Shell Transport sendiri adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 1897 oleh orang Inggris, Marcus Samuel. Ia adalah pengusaha perdagangan rempah-rempah yang juga nyambi berjualan kerang.

Itu sebabnya, Marcus Samuel kemudian menamakan perusahaan barunya dengan nama Shell yang secara harfiah artinya kerang.

Untuk menandingi Standard Oil, pada tahun 1902 Shell dan Royal Dutch sepakat membentuk usaha patungan bernama The Shell Transport dan Royal Dutch Petroleum Co. Ltd.

Perusahaan patungan ini sengaja dibentuk guna menangani pengiriman dan pemasaran minyak yang dieksploitasi dari Indonesia ke sejumlah negara.

Dalam perkembangannya, Royal Dutch berkembang pesat jauh lebih baik daripada Shell. Ketimbang bekerja sama dengan membuat perusahaan patungan, Marcus Samuel pun kemudian mengajak De Gelder untuk menggabungkan masing-masing perusahaan menjadi satu.

Setelah disepakati kedua belah pihak, pada tahun 1907, lahirlah perusahaan baru gabungan dari Shell dan Royal Dutch bernama Royal Dutch/Shell Group of Companies, perusahaan yang kemudian hingga saat ini lebih dikenal dengan nama Shell di berbagai negara.

Tak puas dengan merger, Royal Dutch/Shell Group kemudian mengakuisisi perusahaan minyak lain di Hindia Belanda bernama Dordtsche Petroleum Mij pada tahun 1911.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News