customer.co.id – Sekitar 2 tahun lalu, kita semua tidak pernah menyangka bahwa akan adanya pandemi yang dialami oleh seluruh dunia. Hampir semua bidang terkena dampaknya. Mulai dari sekolah yang tiba-tiba libur, jalanan yang banyak ditutup, serta banyaknya perubahan aktivitas sehari-hari.

Kedai Kopi adalah salah satu dari banyak yang terkena dampak dari pandemi ini. Kebiasaan orang nongkrong, berkumpul, bahkan hanya untuk menyeruput kopi menghilangkan penat pun dilarang karena takutnya akan penyebaran virus yang kian banyak. Tak sedikit usaha-usaha tutup karena kebijakan yang bisa dianggap “merugikan”.

Lalu apakah ada usaha yang mampu bertahan di masa paceklik? Tentu ada.

Di beberapa kesempatan yang lalu saya sempat bertemu dan mewawancarai mantan manajer di sebuah kedai kopi di Bandung. Saya menanyai mengenai apa yang terjadi di “dalam” usaha perkopian ketika awal pandemi yang dimana semuanya serba ketat dan bagaimana cara mengelola semuanya agar tetap berjalan.

Dia berkata bahwa masa awal pandemi adalah masa paling mengerikan yang pernah dihadapi ketika menjadi manajer. Masa itu adalah masa dimana penjualan harus tetap ada untuk kedai kopi tersebut agar tetap bisa berjalan, akan tetapi hanya segelintir orang yang berani datang ke tempat dan yang memesan melalui online pun sangat sedikit.

Dia dan tim pun akhirnya memutar otak bagaimana setidaknya kedai kopi ini tetap berjalan dan karyawan masih bisa digaji. Akhirnya, kedai kopi tersebut melakukan banyak upaya promosi melalui sosial media dan hasilnya pun cukup untuk membiayai karyawan. Akan tetapi berapa lama dengan strategi ini kedai kopi tersebut bisa bertahan? Tentu tidak lama, harus terus berkembang.

Akhirnya setelah beberapa bulan tersiksa oleh “kebijakan yang merugikan”, pemerintah pun melonggarkan sedikit peraturan yang isinya usaha F&B boleh untuk dine in. Apakah masalah selesai disitu? Tidak. Peraturan yang dibuat saat itu pun sangat membuat ambigu, seperti setiap pelanggan hanya boleh diam di tempat selama 30 menit, kursi yang diberi jarak sehingga kedai kopi hanya bisa menampung sedikit orang, serta jam buka yang hanya sebentar. Tak jarang juga pengecekan dilakukan oleh aparat yang mengganggu pelanggan yang sedang mengopi santai dan menjadi malas untuk datang kembali. Lalu apa yang dilakukannya sebagai manajer? Dia hanya bisa memaksimalkan sosial media agar penjualan tetap bisa berjalan, dan hal itu pun cukup membantu.

Tidak sedikit juga dia menemukan masalah internal seperti karyawan yang malas bekerja dengan berkedok sakit, karena pada saat itu orang yang sakit harus diistirahatkan total karena takut terkena virus. Sehingga sering membuatnya sebagai manajer bekerja dengan waktu yang lebih banyak daripada yang lainnya.

Akhirnya setelah beberapa bulan penuh siksaan, pemerintah melonggarkan peraturannya dan kedai kopi mulai kembali “hidup” dengan orang yang sudah mulai banyak dan berani untuk nongkrong.

Kita semua berharap agar kondisi terus membaik seiring berjalannya waktu. Sehingga tidak ada pihak yang “dirugikan” dan semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan.

KOMPASIANA ARENA

    Survei Berhadiah Tentang Employer Branding

    TTS – Teka – Teki Santuy Eps 102 Tanaman Obat Paling Populer di Indonesia

    TTS – Teka – Teki Santuy Eps 101 Kanker Paling Mematikan

Survei Berhadiah Tentang Employer Branding

TTS – Teka – Teki Santuy Eps 102 Tanaman Obat Paling Populer di Indonesia

TTS – Teka – Teki Santuy Eps 101 Kanker Paling Mematikan

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News