customer.co.idJakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,34% di 7.017 mengawali perdagangan perdana di bulan Oktober, Senin (3/10/2022). Selang 5 menit IHSG terpantau turun 0,3% ke 7.018,24.

IHSG mengalami koreksi nyaris 2% sepanjang minggu lalu seiring dengan terjadinya gejolak di pasar keuangan global.

Indeks saham Wall Street kembali melemah di perdagangan terakhir pekan lalu. Indeks Dow Jones drop 1,71% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing terkoreksi 1,51%.

Indeks saham Bursa New York yang melemah masih dipicu oleh kenaikan yield obligasi pemerintah AS. Pada perdagangan Jumat (30/9/2022), yield obligasi pemerintah AS 10 tahun terpantau naik ke 3,83%.

Sementara itu yield obligasi pemerintah AS untuk tenor 2 tahun naik menjadi 4,28% di saat yang sama.

Di awal perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen, salah satunya yaitu ambruknya bursa saham AS pada pekan lalu.

Terkoreksinya bursa Wall street dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi resesi setelah mayoritas bank sentral dunia mengetatkan kebijakan moneternya dengan kompak menaikkan suku bunga acuan untuk meredam tsunami inflasi yang melanda di berbagai negara di dunia.

Padahal, perekonomian AS secara teknis sudah memasuki zona resesi.Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis (29/9/2022), ekonomi AS mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II/2022, tak berubah dari pembacaan awal pada akhir Juli lalu.

Data tersebut mengonfirmasi bahwa AS telah memasuki resesi secara teknis menyusul kontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.

Selain itu, hari ini investor dalam negeri juga perlu mencermati rilis data inflasi terbaru untuk bulan September dan akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam konferensi pers yang akan digelar Senin (3/10/2022) pukul 11.00 WIB.

Konsensus Trading Economics memprediksikan bahwa inflasi pada September 2022 akan naik hingga ke 6% secara tahunan (yoy). Senada,konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia dari 14 lembaga keuangan menilai, angka inflasi akan melesat rata-rata 1,2% poin persentase secaramonth-to-month(mtm). Hasil polling juga memperkirakan bahwa angka inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) akan berada di 5,98% dan tertinggi sejak Oktober 2015.

Polling CNBC juga sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI).Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV September 2022, BI memperkirakan inflasi September menembus 1,1% (mtm).

Sebagai catatan, Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,21% (mtm) sementara inflasi tahunannya menembus 4,69% pada Agustus 2022.

Kenaikan pada angka inflasi diprediksikan dipicu oleh naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pada 3 September 2022, pemerintah Indonesia telah menaikkan harga BBM Subsidi Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Disusul, harga Solar subsidi dikerek menjadi Rp 6.800 per liter dari Rp 5.150 per liter. Dua BBM Subsidi tersebut rata-rata naik 31,4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News