customer.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja yang cukup mengecewakan sepanjang pekan lalu.

Indeks saham acuan lokal tersebut melemah 1,92% secara mingguan. IHSG ambles dari level psikologis 7.178,6 akhir pekan lalu ke 7.040,8 kemarin.

Bersamaan dengan koreksi tersebut, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 3,08 triliun di pasar reguler.

Investor asing yang melepas aset saham domestik dipicu oleh rontoknya bursa saham global. Indeks saham Wall Street yang menjadi acuan global kompak melemah 2% dalam sepekan.

Rupiah kembali tembus Rp 15.000/US$ pekan ini. Dengan pelemahan rupiah tersebut risiko berinvestasi di aset keuangan RI meningkat terutama saham yang lebih berisiko.

Apalagi di pekan lalu IHSG sempat tembus All Time High (ATH) penutupan di 7.318. Sehingga wajar saja jika mengalami koreksi sepanjang pekan lalu.

Seolah mendapat momen yang tepat, pasca tembus ATH dan Fed yang masih agresif mengerek suku bunga acuan, investor mencoba merealisasikan cuannya. Aksi jual yang masif pun membuat IHSG tak bisa menghindari koreksi.

Di awal pekan, sentimen datang dari dalam negeri. Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi September 2022.

Dengan adanya kenaikan harga BBM Subsidi yaitu Pertalite dan Solar, maka inflasi diperkirakan naik 1,26% secara month to month dan 6% secara year on year oleh konsensus ekonom.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat level penutupan IHSG dan indikator BB pekan lalu, indeks bergerak turun dan mendekati batas bawah BB terdekat di 7.036.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Indikator RSI cenderung turun ke 37,5 seiring dengan adanya net sell asing yang terus terjadi dan mengindikasikan adanya tekanan jual yang cukup kuat.

Apabila melihat indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 berada di bawah garis EMA 26 dan membentuk pola divergen (melebar).

Untuk hari ini, waspadai IHSG masih berpeluang bergerak terbatas di rentang 7.036-7.100 terlebih dahulu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News