customer.co.id – PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melalui anak perusahaannya PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) mengemban amanah dari pemerintah memproduksi bahan baku obat (BBO). KFSP memasok BBO ke 240 industri yang perlu didukung di Indonesia.

KFSP disebut perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi BBO. Direktur Utama KFSP, Pamian Siregar menjelaskan di kawasan pabriknya di Cikarang ada dua tempat produksi, yaitu pabrik produksi khusus iodine dan multipurpose.

“Untuk produksi iodine per tahunnya bisa mencapai 150 ton. Kalau yang multi purpose ini, ada di kisaran 70-100 ton per tahunnya,” ungkap Pamian di Cikarang, Senin (3/10/2022).

Dari produksi iodine 150 ton per tahun, 100 ton di antaranya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sedangkan sisanya diekspor ke Korea Selatan. Korea Selatan merupakan asal perusahaan yang digandeng Kimia Farma dalam mendirikan KFSP.

Sementara itu, jumlah industri obat di Indonesia yang membutuhkan BBO berjumlah 240 industri. Oleh sebab itu, angka impor BBO masih tinggi mengingat perusahaan lokal yang memproduksi BBO hanya KFSP.

Pamian juga membocorkan akan ada investasi masuk ke KFSP Rp 600 miliar. Kondisi ini diharapkan mampu membantu perkembangan industri BBO dalam negeri ke depannya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Kimia Farma, David Utama menyampaikan, pihaknya juga memiliki Iodium Crude Mining yang telah mendukung sebagian kebutuhan produksi BBO dalam negeri.

“Kimia Farma memiliki Iodium Crude Mining, satu-satunya di Indonesia. Yang mana sebagian kita masih impor ke China dan India, sebagian lagi sudah dari KFSP,” jelasnya.

Sebagian iodium diekspor ke China dan India. Cek halaman berikutnya.

David menjelaskan, sebagian iodium dalam bentuk crude diekspor ke China dan India, serta sebagiannya diproses oleh KFSP sendiri untuk diproses menjadi Poviodine Iodine. Nantinya salah satu hasil produksinya yakni betadine.

Selanjutnya, Kimia Farma juga bernecana investasi di pengembangan bahan baku paracetamol. David mengatakan, proyek ini dieksekusi bersama dengan anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).

Ke depan, David berharap BBO RI bisa merambah ke pasar global secara luas. Dengan segala persiapan dan potensi yang dimiliki RI, ia juga berharap, aktivitas ekspor ini dapat dilaksanakan segera.

“Untuk ekspor kalau bisa lebih cepat kenapa nggak. Tapi yang penting ketahanan nasional aja dulu. Objektifnya kembali ke sana,” kata David.

Di sisi lain, secara komersial industri BBO sendiri dapat dikatakan kurang strategis. Yang mana menurut David, cukup sulit bersaing dengan produk impor dari China dan India yang harganya terbilang lebih murah. Oleh karena itu, hingga kini KFSP menjadi satu-satunya perusahaan yang bergerak di produksi BBO.

“BBO ini adalah strategi ketahanan nasional. Kalau memang ini adalah bisnis yang sangat menatik banyak investor, semua orang akan berlomba-lomba kan bikinnya. Perusahaan farmasi di Indonesia yang besar mana? Nggak akan ada yang berani investasi di BBO kalau bukan pemerintah. Makanya itu porgramnya itu program strategis, ketahanan nasional,” jelasnya.

Kondisi ini pula yang menjadi tantangan dalam mencapai ketahanan nasional. Apalagi, jumlah industri obat di RI mencapai 240, dengan dominasi ambil BBO impor. Oleh karena itu, David berharap ke depannya semakin banyak industri yang menggunakan BBO lokal dari KFSP.

“China, India itu kan produksi untuk dunia. Volumenya bisa ribuan, jadi jelas harganya lebih murah. Kita harapkan nanti kalau permintaan kita dan volume produksi meningkat, harganya juga bisa lebih bersaing,” jelasnya.

Dengan demikian, apabila industri dalam negeri semakin banyak yang menggunakan BBO dari KFSP, David mengatakan, harga BBO dalam negeri pun bisa lebih murah. Dan kemungkinan untuk merambah pasar global pun semakin besar.

Hingga saat ini, Kimia Farma telah memproduksi 12 BBO. David mengatakan, pihaknya menargetkan 28 BBO di tahun 2024. Dari sana, ia memproyeksikan akan mampu menurunkan angka ekspor RI hingga 17% atau senilai Rp 3,7 triliun.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website detik.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News