customer.co.idJakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas kripto utama terpantau melemah pada perdagangan Senin (3/10/2022), karena investor masih mengkhawatirkan potensi resesi global akibat kenaikan inflasi dan kenaikan suku bunga.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, Bitcoin melemah 0,38% ke posisi harga US$ 19.230,72/koin atau setara dengan Rp 293.268.480/koin (asumsi kurs Rp 15.250/US$). Sedangkan untuk Ethereum terkoreksi 0,89% ke posisi US$ 1.296,8/koin atau Rp 19.776.200/koin.

Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.

Sumber: CoinMarketCap

Bitcoin hingga kini masih diperdagangkan di kisaran harga US$ 18.000-19.000, di mana pasar kripto telah melewati periode yang cukup menantang jika dilihat dari historisnya.

Seperti di pasar saham, pasar kripto secara historis mencatatkan kinerja yang kurang baik di bulan September, di mana istilah ini disebut sebagai September Effect.

Meski sudah melewati periode yang kurang baik, tetapi prospek pasar kripto masih cenderung suram, karena terus dibayangi oleh kenaikan inflasi, kenaikan suku bunga dan isu resesi global.

Investor hingga kini masih khawatir dengan potensi resesi setelah mayoritas bank sentral dunia mengetatkan kebijakan moneternya dengan kompak menaikkan suku bunga acuan untuk meredam ‘tsunami’ inflasi yang melanda di berbagai negara di dunia, utamanya di Amerika Serikat (AS).

Padahal, perekonomian AS secara teknis sudah memasuki zona resesi. Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis pekan lalu, ekonomi AS mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II-2022, tak berubah dari pembacaan awal pada akhir Juli lalu.

Data tersebut mengonfirmasi bahwa AS telah memasuki resesi secara teknis menyusul kontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.

Namun, tampaknya hal tersebut tidak menghentikan komitmen bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk membawa turun inflasi ke targetnya di 2%.

Bahkan, analis memprediksikan bahwa The Fed akan kembali agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga akhir tahun ini.

“The Fed tidak akan memperlambat laju kenaikan suku bunga mereka dengan 75 basis poin pada November dan 50 basis poin lebih banyak pada Desember,” kata Christopher Rupkey, Kepala Ekonom di FWDBONDS New York, dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, Wakil Ketua The Fed, Lael Brainard pada Jumat lalu menggarisbawahi perlunya menurunkan inflasi dan mengatakan bahwa The Fed berkomitmen untuk menghindari penurunan suku bunga acuannya sebelum waktunya.

Di lain sisi, trader dan investor masih terus mendebatkan korelasi antara pasar saham dengan pasar kripto, di mana pergerakan kripto kali ini cenderung tidak sejalan dengan pergerakan pasar saham.

Ketika pasar saham masih dilanda aksi jual, kondisi di pasar kripto sedikit lebih baik, meski pasar kripto cenderung belum keluar dari tren bearish.

Pada awal hingga tahun ini, pasar saham AS dengan kripto berkorelasi positif, di mana jika kedua indeks utama di Wall Street seperti indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite terkoreksi, maka pasar kripto juga cenderung terkoreksi.

Namun beberapa hari lalu, saat S&P 500 bahkan Nasdaq ambruk, beberapa kripto bahkan ada yang masih menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website cnbcindonesia.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News