customer.co.id – JAKARTA – Pemerintah mewaspadai dampak gejolak perekonomian global terhadap pertumbuhan ekonomi domestik pada kuartal IV-2022. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal tiga diperkirakan masih akan tetap positif seperti pada kuartal satu dan dua 2022. Namun pemerintah terus mengkaji dampak kondisi ekonomi global ke ekonomi Indonesia.

“Pertumbuhan ekonomi kita tahun ini diperkirakan masih cukup kuat, kuartal ketiga bahkan kita berharap bisa di atas 5,5%. Kuartal keempat kita harus waspada terhadap tren pelemahan ekonomi dunia,” ucap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara leaders talk series #2 dengan tema ‘Indonesia Energy Investment Landscape’, Rabu (26/10/2022).

Saat ini, lanjut Sri Mulyani, telah terjadi pergeseran risiko perekonomian dari sisi pandemi Covid-19 ke beberapa hal lain seperti disrupsi rantai pasok, ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina, kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat, hingga inflasi. Dengan adanya disrupsi rantai pasok banyak negara diperkirakan akan mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi.

Dampak gejolak perekonomian global tahun 2022 ini diperkirakan masih akan terus berlanjut pada tahun 2023 nanti. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 sebesar 2,7%, lebih rendah dari proyeksi tahun 2022 yang sebesar 3,2%.

“IMF menyampaikan bahwa tahun 2023 ig disebut gelap. Kalau saya mengatakan begitu dianggap menakut-nakuti tetapi sebenarnya enggak, hanya ingin menyampaikan bahwa resiko itu sangat ada,” tutur Sri Mulyani.

Pemerintah akan mengoptimalkan APBN sebagai instrumen untuk meredam gejolak perekonomian global. APBN terus bekerja untuk secara fleksibel melindungi masyarakat. Sejak pandemi Covid-19 tahun 2020 hingga tahun 2022 ini APBN sudah bekerja keras melalui pelebaran defisit di atas 3% dari produk domestik bruto (PDB). Namun pemerintah juga menjaga kesehatan APBN melalui konsolidasi fiskal di tahun 2023.

“Pada saat ekonomi mulai menguat, kita akan meningkatkan kemampuan untuk membangun ruang fiskal atau buffer karena nanti muncul kebutuhan dimana buffer itu harus dipakai. Jadi kewaspadaan antisipasi dan respons mengharuskan keuangan negara tetap dijaga secara baik. Oleh karena itu saya selalu menyampaikan APBN menunjukan adanya kewaspadaan yang tinggi,” ucap Sri Mulyani.

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan saat ini dunia sedang menghadapi 5 C the perfect storm atau tantangan 5C yaitu Covid-19 yang belum selesai, conflict (konflik) Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, climate changes (perubahan iklim), commodity price (harga komoditas) yang melonjak, dan cost of living (biaya hidup) dampak dari inflasi.

“Banjir, longsor di Indonesia, dan harga komoditas yang naik dan sekarang mulai melandai, dan cost of living atau inflasi jadi beban ekonomi ke depan,” kata Airlangga.

Dia menuturkan saat ini ada 55 negara yang mengalami perlambatan perekonomian Sri Lanka, Rusia, dan Ukraina. Sedangkan Amerika mengalami inflasi tinggi sehingga harus menaikan suku bunga acuan hingga 300 basis poin. Mengenai inflasi Airlangga mengatakan Indonesia lebih baik dari negara-negara lain.

“Namun inflasi Indonesia relatif moderat dibandingkan negara lain yaitu 5,95% dimana berbagai negara termasuk AS di atas 8% dan Uni Eropa di atas 9% Ini adalah bukti kerjasama yang baik antara fiskal dan moneter,” pungkas dia.

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News