customer.co.idTransisi energi menjadi isu yang tengah gencar dibahas oleh Indonesia dan dunia. Indonesia sendiri sudah memiliki rencana atau peta jalan dalam menggejot transisi energi dan emisi nol karbon hingga 2060.

Dalam agenda Global Future Fellows (GFF) oleh Pijar Foundation menjadi wadah dan mendorong sinergi antara sektor publik, privat, dan komunitas dalam proses transisi energi di Indonesia. Dalam pembukaan GFF di Nusa Dua, Bali, hadir pula pejabat negara yang mendukung agenda tersebut.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pahala Nugraha Mansury menargetkan agar transisi energi bisa terwujud lebih cepat dari rencana nasional. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi salah satu lima ekonomi terbesar di dunia tahun 2045.

“Kementerian BUMN sangat mengapresiasi Pijar Foundation yang telah menginisiasi Global Future Fellows. Indonesia memiliki target untuk menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar pada 2045. Saya percaya bahwa kita dapat melakukannya lebih awal dari itu,” katanya dalam pembukaan GFF 2022 di Nusa Dua, Bali, Selasa (27/9/2022).

“Kuncinya terletak pada transisi hijau, khususnya dekarbonisasi sektor ekonomi dan transisi energi, untuk mempercepat pencapaian target negara kita. Kita harus membangun generasi penerus untuk membangun Indonesia, seperti Anda semua, para Fellows yang ada di ruangan ini,” tambahnya.

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal, Indra Darmawan menyampaikan, untuk melakukan transisi energi dan mencapai nol emisi karbon juga diperlukan upaya dari berbagai pihak. Dengan begitu, target jangka panjang transisi energi diharap bisa tercapai.

“Transisi hijau adalah proses holistik yang membutuhkan keterlibatan dari semua pihak – mulai dari level individu, bisnis, serta pemerintah. Dengan adanya sinergi antar target-target dan rencana jangka panjang Indonesia, kita dapat berkontribusi untuk masa depan yang berkelanjutan untuk semua,” lanjutnya.

Sementara itu, Direktur GFF Cazadira F. Tamzil memaparkan bahwa para GFFellows dalam diskusi dan secara bersama-sama akan membuat Rencana Aksi Bersama (Action Roadmap).

“Nantinya, dokumen yang dihasilkan para Fellows akan dipresentasikan di hadapan pengambil kebijakan kunci di Jakarta saat penutupan GFF 2022 Oktober mendatang. Kami berharap dokumen ini dapat menjadi panduan praktis yang dapat mempromosikan arah bersama untuk transisi energi di Indonesia,” ujar Cazadira.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Sebagai informasi, Global Future Fellows (GFF) resmi dibuka pada hari ini Selasa, 27 September 2022 di Sofitel Nusa Dua, Bali. Rangkaian GFF dimulai dengan residensi selama lima hari yang mengumpulkan 36 pemain strategis, yang kemudian disebut dengan GFFellows.

Adapun Fellows yang berpartisipasi pada program ini datang dari berbagai lokasi di Indonesia, mulai dari Jakarta, Makassar, Sumba, sampai Yogyakarta, Para GFFellows mewakili hampir 30 organisasi di sektor energi dengan tujuan menjaga proses transisi yang adil dan inklusif.

Selain para GFFellows yang beragam, GFF juga menghadiri pembicara dari berbagai lokasi, seperti Australia dan Selandia Baru.

GFF merupakan program fellowship yang bertujuan mendorong sinergi antara sektor publik, privat, dan komunitas dalam proses transisi energi. Hasil utama yang diharapkan adalah Rencana Aksi Bersama atau “Action Roadmap” bersifat praktis untuk memimpin beragam pemain kunci ke arah yang sama dalam transisi energi.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan dua Panel Talk. Sesi dialog pertama membahas keseimbangan antara bisnis dan kesejahteraan masyarakat dan menghadirkan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin; Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Shinta Kamdani, yang juga Chair B20.

Serta Direktur Eksekutif Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) sekaligus Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Mumpuni. Para panelis menyetujui bahwa tata kelola kolaboratif memiliki peran penting dalam menutupi kesenjangan dalam transisi energi, sekaligus memecahkan masalah masa depan energi.

Sesi panel kedua menghadirkan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, Fabby Tumiwa dan Direktur Pengembangan Strategis, The Nature Conservancy, sebuah organisasi lingkungan global, Thomas Brzostowski. Para pembicara menekankan peran pentingnya masyarakat sipil (civil society) dalam mengidentifikasi dan menyuarakan kebutuhan lokal.

Energi dapat menciptakan peluang transformasi. Transisi energi bersih di Indonesia adalah kunci untuk mendiversifikasi ekonomi dan menciptakan pertumbuhan negara yang merata.

Pijar Foundation berharap bahwa jaringan yang dibangun selama program lima hari di Bali serta sesi-sesi di Jakarta di antara 36 Fellows juga akan berfungsi sebagai landasan untuk kolaborasi berskala, berkelanjutan, dan berdampak untuk menjaga transisi energi Indonesia.

”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website detik.com. Situs https://customer.co.id adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://customer.co.id tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”

Baca Artikel Menarik Lainnya dari Customer.co.id di Google News